Dipercaya dan Mempercaya

Boleh aku mendeskripsikan tentang pria dari sudut pandangku, salah satu wanita di bumi ini.

"Jangan berikan kepercayaan 100% kepada seorang pria, meski itu suamimu sekalipun." Demikian kalimat yang dilontarkan oleh seorang teman.

Pria, adalah salah satunya yang tampak bisa dipercaya 100%. Terutama bagi ia yang memiliki campuran rasa didalamnya, seperti sayang dan cinta.
Dan wanita adalah orang yang biasa mempercayai pria yang bisa saja baru dikenalnya atau justru sudah lama kenal. Dan biasanya wanita menyertakan perasaannya saat ia mempercayai sang pria.

Aku hanya ingin bilang, wahai pria jangan menerima kepercayaan yang diberikan mentah-mentah, jika pada akhirnya kepercayaan itu tidak bisa diminta kembali. 

Bagi seorang wanita, biasanya akan sangat mudah memberikan kepercayaannya padamu wahai pria. Sedangkan para pria, tampaknya melihat peluang ini sebagai (mungkin) salah satu bentuk iba.
Dan kepada kaumku, mari kita jangan menggantungkan kepercayaan kita pada pria. Sejatinya kita tanpa banyak keterlibatan pria, pun bisa hidup mandiri. Dan apa yang kau percayakan pada pria belum tentu bisa selamanya kau pegang.

Bahkan saat ada pria yang memujimu, menyanjungmu, menceritakan segala perihal hidupnya, atau bahkan melibatkanmu dalam hidupnya, belum tentu ia bisa kau percaya sepenuhnya. Ia mungkin hanya nyaman saat melakukannya denganmu.
Dan kamu sebagai wanita, yang pasti akan tersanjung, bangga, teringiang-ngiang bahkan kadang terheran-heran, sampai sampai kau terjatuh dalam perangkap yang sejatinya kau buat sendiri, berhentilah dalam meningkatkan kepercayaanmu padanya. Meski aku yakin, kepercayaan itu tumbuh dengan sendirinya.

Aku baru tersadar, ternyata tentang kepercayaan ini bak konsumen yang menjajal segala macam produsen, memilih melihat meraba, lalu pergi. Hanya sekelebat. Selebihnya godaan. Percayalah.

Semoga kita termasuk orang-orang yang Allah lindungi.

*tulisan ini tidak bermaksud menyakiti siapapun.