Kamis, 17 November 2016

Siapa sangka

Siapa sangka, bahwa Tuhanku benar adanya. Aku pun sempat bertanya. Tapi kali ini tidak. Begitu kontras, tapi memang begitu adanya. Tuhan begitu benar adanya, sampai kadang kami acuh, bahkan lalai.
Siapa sangka, Tuhanku pernah mengucilkanku. Benar Dia mengombang ambingkanku. Tapi benar Dia begitu mencintaiku. Jika tidak, Dia takan membiarkanku begitu.
Bak kijang melompat lompat, kami lakukan demi meminta jaminan selama sehari penuh. Dan Engkau nyata dengan sinar beragam rupa. Tak perlu kami berubah wujud, jadikan kami kuat, maka cukuplah mengarungi hari.
Terima kasih Tuhan

Rabu, 12 Oktober 2016

Jeda

Sepertinya memang butuh jeda.
Diantara kalimat kalimat ambigumu.
Berderet ribuan makna.
Makna yang bisa jadi tak sehalus belaian dan kecupmu.
Ku takut memaknaimu. Menimbulkan perih bagiku. Naifku tak kunjung memberikan makna baru yang begitu ku tunggu.
Jeda. Biarkan aku dan kamu sejenak berada digaris putih. Berhenti memaknai. Tapi ku tak bisa.

Sabtu, 03 September 2016

A half of complitement

Setelah cukup lama dibolakbalikkan hati ini olehMu, aku berserah. Sesungguhnya aku berserah sejak beberapa bulan lalu. Dan sampai saat ini kuharap Engkau selalu memantapkan langkahku.
Adalah Engkau Sang Penyayang yang menciptakan kami berpasang pasangan. Sang pembolak balikan hati kami. Sang penunjuk rasa nyaman, tentram, hingga Engkau memunculkan rasa kasih dan sayang. Engkau yang menciptakan kami dari tulang rusuk turunan Adam. Engkau yang menjadikan kami berpasangan dari masing-masing golongan diantara kami. Sesungguhnya Engkau telah menjelaskan segala galanya bagi kami kaum kaum yang berpikir. Dan segala yang telah Engkau sebutkan tidaklah ada yang merujuk pada keduniawian. Dan dari sekian banyak bualan kami, hanya ada empat kriteria yang Engkau perintahkan bagi kami memantapkan hati. Dan sesungguhnya nikmatmu bukan hanya pada kaum berfikir tetapi juga bagi kaum yang membuka hatinya. Dan sesungguhnya pula Engkau bukanlah pengingkar janji seperti kami. Sesungguhnya Engkau Sang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Tuhan, ada banyak manusia yang berharap harap kepadaMu, dan kami salah satunya. Ada usaha yang ingin kami lakukan agar bisa meniru nabi kesayanganMu. Dan ini salah satu bentuknya. Mungkin kami terlalu muluk untuk bisa seperti keluarga Nabi Ibrahim ditengah krisis mental saat ini. Tapi ijinkanlah, kami menjaga perjanjian ini selamanya. Ijinkan kami selalu jatuh cinta kepadaMu agar kami tidak lupa bahwa kami berasal dari cinta dan ridhoMu. Ijinkan kami senantiasa menjadi manfaat bagi sesama agar kelak, kami lebih mudah bertemu dan dipersatukan dengan keluarga kesayangan Engkau. Terima kasih atas segala nikmat kasih dan sayangMu. Ijinkan aku selalu bersyukur dan tidak kufur. Aamiin ya robbal alamin.

3 September 2016
20 hari menuju satu

Senin, 25 Juli 2016

Demam

Malam ini entah demam yang keberapa dalam dua bulan terakhir. Rasanya dia semakin sering mampir padanya yang sulit menjaga diri. Sedang aku baik baik saja, tampaknya. Didalamku bergejolak banyak hal. Bungah. Risau. Hampa. Dan segala pikiran pikiran liar mencuat dari berbagai relung memori. Lagi lagi seolah ingin bertengkar dengan damai.

Demam seolah menjadi tanda tanya yang besar akan kekuatan tubuhmu. Ada apa denganmu, Cinta? Dia bukan Cinta, seorang yang berperan begitu cantiknya. Dia cinta. Dia yang memberikan  kenyamanan lalu cinta datang, tanpa diminta.

Wahai demam, mengapa engkau tak pergi. Enyahlah dari cinta. Tak usah kau berbaik hati menemaninya. Atau kau sedang menguji kami. Menguji ketulusanku untuk cinta. Tak usah kau uji. Aku serahkan padaNya agar aku mencintainya karenaNya.

Sabtu, 21 Mei 2016

A thank to remember

Alhamdulillah atas segala nikmat yang tetap Engkau curahkan kepada kami. Atas segala kehangatan, kemudahan, kebaikan, kenyamanan tak terduga ini ya Rabb.
**
Ternyata memang tak mudah membiarkannya masuk begitu dalam, sangat dalam bahkan. Ragu, gundah, dan perasaan tak nyaman sering menghinggap. Bahkan rasanya tak ada manusia manapun yang mampu mengerti ini. Maka, jalan terakhir adalah aku denganMu. Kuadukan tanda tanyaku yang cukup besar kepadaMu. Mungkin ini akumulasinya, jika sebelumnya aku sering meminta bahkan mendikteMu. Dan pada satu titik, aku pasrah akan jawaban yang belum juga Kau jawab.
**
Malam ini, sama dengan malam malam sebelumnya, aku hanya sedikit ingat bersyukur (jika biasanya lupa) bahwa nikmatMu sungguh tiada tara.
Tuhan, betapa baiknya Engkau kepadaku. Aku tak mengerti mengapa Kau begitu sayang kepadaku. Tuhan, aku juga masih tak mengerti mengapa aku masih saja lalai ketika aku sadar bahwa aku masih hidup atas kehendakmu. Tuhan, aku tidak bertanya tetapi aku merangkai kalimat kebingunganku.
Tuhan, terima kasih. Alhamdulillah.

Rabu, 20 April 2016

Apa Lagi.

Rasanya tidak mudah membiarkan sesorang yang baru saja dikenal masuk menjadi satu dalam keseharian. Sulit dan tak mudah membuka diri kala hati ini mantap untuk sendiri. Rasanya memikirkan diri sendiri jauh lebih mudah. Dan kini akan ada yang menjadi pikiran untuk selama-lamanya. Dan justru dengan bertambahnya dia bertambah juga runyam pikiran ini.
Tentang hidup yang akan menghidupi sesama. Mengorek dunia. Kadang mengabaikan semesta. Sekali lagi aku bertanya, "Ujian apa lagi kini?". Aku lelah. Lelah pada dunia yang tak berujung. Apa kah masih ada harapan kepadaMu agar aku senantiasa merasa aman, tentram, nyaman dan muncul kasih sayang diantara kami?

Sabtu, 27 Februari 2016

Pagi di hari Sabtu

Lagi lagi tentang ego. Yang tumbuh kembang pada latar berbeda. Ia menyelinap secara halus dalam dada. Membungkam suara dalam relung otak. Ia pun tak memberi jeda bahkan untuk secercah cahaya masuk.

Egoku pun sama. Mengarak pada ekspektasi yang tak membuahkan hasil. Egoku pun meluluh. Kala sang tuan menjatuhkan niatnya. Seolah hanyut terbawa suka yang berusaha didasarkan pada semestaNya.

Aku masih disini. Bertanya mengapa ada kamu -ego- yang tumbuh menjuntai ke atas melebihi kenyataan. Mengapa kamu tak jua membiarkan jiwa ini dipimpin sang tuan. Mengapa kamu membiarkan syaraf-syaraf ini terus bergulir memikirkan ketidakpastian. Kamu membuatku bertanya, masih ada kah nurani yang tersisa setelah kekecewaan yang terjadi? Bahkan lebih naif lagi, kamu membuatku bertanya masih adakah Tuhan diantara kita? Atau mungkinkah Tuhan kita abaikan demi mengais ciptaanNya?

Aku, kamu, dan Tuhan, apakah kita disatukan dalam kesalingan?

.......

Jumat, 19 Februari 2016

The day after you came

Sama sebelumnya, hari hari setelah kedatanganmu tak menyurutkan kebingunganku. Kali ini kebingungan yang berbeda, karena pertemuan yang diarahkan, arah sudah ditetapkan, tujuan dimantapkan. Aku kira akan ada hari hari gemilang, ternyata hari penuh debat begitu menanti seolah tak memberi ijin untuk kami berdiskusi manja. Bak dua kutub magnet, selalu ada celah beradu punggung. Dan untuk masa masa kedepan, aku hanya ingin melewatkannya dengan memejamkan mata. Berharap aku esok terbangun dengan segala impian menjadi nyata.

Selamat malam duhai rembulan.

 

Blog Template by BloggerCandy.com