Minggu, 27 Desember 2015

Begini Rasanya

Jadi, aku tak sabar. Bercerita. Atau membual dengan kata-kata.
Jadi, begini rasanya. Beriringan. Bukan dalam melangkahkan kaki dijalan setapak.
Adalah damai. Ketika beriringan bukan lagi kaki, tapi ego. Lebih luas dari itu, hati ikut tertunduk.
Begini rasanya, beriringan dengannya yang justru tak bisa mengimbangi langkah kakimu.
Ada haru yang terselih saat ia mampu mengimbangimu dengan sahdu dalam setiap tekukan kaki pada sujudmu.
Begini rasanya, segala doa yang tercurah terwujudkan sebagai ujian.
Perlu ikhtiar yang luar biasa karena nyatanya keajaiban itu jauh lebih besar dibandingkan angannya.
Begini rasanya, dijatuhi hati pada satu ithikat baik yang belum jua mencapai hilalnya sampai sampai ingin segera menjemput hilalnya secara paksa.
Rasa ingin meledak. Mendesak. Agar segera.
Wallahualam :)

Minggu, 20 Desember 2015

Apa kabar.

Suatu saat, jangan terheran ya jika aku tak pernah bersua denganmu tiba tiba menanyakan kabarmu. Maksudku tak buruk. Mungkin sedikit baik banyak hinanya. Anggap saja sebagai penyambung silaturahmi. Boleh jika kau menggapnya sebagai rasa ingin tahu langsung.

Hai, apa kabar? Lama sekali ya. Tak bersua. Bahkan lupa rasanya menyodorkan secuil senyuman. Dulu sepertinya pernah bercakap cakap bahkan dengan gurau. Sekarang, aku bercakap dengan lainnya membahasmu menjadi bahan gurauan.

Hai apa kabar? Hidupmu nikmat dan tak sebercanda itu kan? Aku tahu aku terlalu berkutat pada sesuatu. Bahkan sampai hampir lupa menikmati prosesnya. Sedang kau, ada nikmat yang terlalu banyak diambil. Sampai kau lupa, rasanya berjuang kembali.

Hai, apa kabar? Aku hanya menerka, 3 kata basa basi itu akan kulontarkan ditahun ke berapa ya? Entah, sekarang tampaknya tak ada kesempatan untuk itu. Mungkin sebaiknya kita menunggu moment yang tepat. Bukan kita, mungkin hanya aku.

Hai, apa kabar? Bahkan kata itu tak perlu terucap dari mulutmu. Ada umpatan lain yang membuatku sadar bahwa kau masih sama. Tak perlu basa basi. Tak perlu pengantar. Kau masih sama. Aku yang berbeda. Mungkin, 3 kata ini juga tak akan kuucapkan padamu. Terlalu janggal rasanya jika biasanya langsung menyapamu dengan penggalan namamu.

Hai, apa kabar? Kali ini ada yang hangat. Menanyakan kabar. Tentang hariku. Tentunya tentang aku. Kita, semoga dipermantap dan dipermudah.

Kamis, 17 Desember 2015

Aku ingin

Aku ingin berhenti belajar pada ruang belajar. Aku ingin berhenti mengejar angka yang hanya terkapar pada kertas bermotif emas. Aku ingin keluar dari segala hal yang menjebak pada embel-embel dibelakang atau depan nama. Aku ingin lepas dari kungkungan kertas kertas pertangungjawaban pada manusia.
Aku ingin berhenti. Lalu memulainya lagi sebagai orang tak umum.
Yang belajar tak melulu dikelas.
Yang makan tak selamanya diresto mewah.
Yang hidup tak merisaukan hujatan semesta.
Yang segalanya aku lakukan karenaNya.
Tapi, diujung sana ada yang menahan dan berkata, "Jangan"

Senin, 14 Desember 2015

Desember

Sudah Desember. Dan sudah lama sekali tak menulis.
Terakhir Oktober, jika aku tak salah.
Alhamdulillah, antara Oktober sampai Desember 14th banyak hal yang jauh lebih baik.
Segala yang ingin aku tuliskan adalah banyak. Namun, aku memilih menanti. Menanti saat yang tepat untuk benar-benar memberimu kesempatan saat kau senggang untuk sekedar menelisik tulisanku.

Sudah Desember dan sebentar lagi Januari. Tahun pun turut berganti. Akan seperti apa tahun depan? Akan ada apa di tahun depan? tampaknya ada yang sangatberharap ada banyak perubahan yang terjadi di tahun depan.

Sampai jumpa di tahun depan. Jika aku sabar, aku akan kembali di tahun depan. Namun, jika tidak, aku mungkin sudah menjabarkannya padamu :)

Have a good day. Happy 14th

 

Blog Template by BloggerCandy.com