Minggu, 20 Desember 2015

Apa kabar.

Suatu saat, jangan terheran ya jika aku tak pernah bersua denganmu tiba tiba menanyakan kabarmu. Maksudku tak buruk. Mungkin sedikit baik banyak hinanya. Anggap saja sebagai penyambung silaturahmi. Boleh jika kau menggapnya sebagai rasa ingin tahu langsung.

Hai, apa kabar? Lama sekali ya. Tak bersua. Bahkan lupa rasanya menyodorkan secuil senyuman. Dulu sepertinya pernah bercakap cakap bahkan dengan gurau. Sekarang, aku bercakap dengan lainnya membahasmu menjadi bahan gurauan.

Hai apa kabar? Hidupmu nikmat dan tak sebercanda itu kan? Aku tahu aku terlalu berkutat pada sesuatu. Bahkan sampai hampir lupa menikmati prosesnya. Sedang kau, ada nikmat yang terlalu banyak diambil. Sampai kau lupa, rasanya berjuang kembali.

Hai, apa kabar? Aku hanya menerka, 3 kata basa basi itu akan kulontarkan ditahun ke berapa ya? Entah, sekarang tampaknya tak ada kesempatan untuk itu. Mungkin sebaiknya kita menunggu moment yang tepat. Bukan kita, mungkin hanya aku.

Hai, apa kabar? Bahkan kata itu tak perlu terucap dari mulutmu. Ada umpatan lain yang membuatku sadar bahwa kau masih sama. Tak perlu basa basi. Tak perlu pengantar. Kau masih sama. Aku yang berbeda. Mungkin, 3 kata ini juga tak akan kuucapkan padamu. Terlalu janggal rasanya jika biasanya langsung menyapamu dengan penggalan namamu.

Hai, apa kabar? Kali ini ada yang hangat. Menanyakan kabar. Tentang hariku. Tentunya tentang aku. Kita, semoga dipermantap dan dipermudah.

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com