Minggu, 27 Desember 2015

Begini Rasanya

Jadi, aku tak sabar. Bercerita. Atau membual dengan kata-kata.
Jadi, begini rasanya. Beriringan. Bukan dalam melangkahkan kaki dijalan setapak.
Adalah damai. Ketika beriringan bukan lagi kaki, tapi ego. Lebih luas dari itu, hati ikut tertunduk.
Begini rasanya, beriringan dengannya yang justru tak bisa mengimbangi langkah kakimu.
Ada haru yang terselih saat ia mampu mengimbangimu dengan sahdu dalam setiap tekukan kaki pada sujudmu.
Begini rasanya, segala doa yang tercurah terwujudkan sebagai ujian.
Perlu ikhtiar yang luar biasa karena nyatanya keajaiban itu jauh lebih besar dibandingkan angannya.
Begini rasanya, dijatuhi hati pada satu ithikat baik yang belum jua mencapai hilalnya sampai sampai ingin segera menjemput hilalnya secara paksa.
Rasa ingin meledak. Mendesak. Agar segera.
Wallahualam :)

Minggu, 20 Desember 2015

Apa kabar.

Suatu saat, jangan terheran ya jika aku tak pernah bersua denganmu tiba tiba menanyakan kabarmu. Maksudku tak buruk. Mungkin sedikit baik banyak hinanya. Anggap saja sebagai penyambung silaturahmi. Boleh jika kau menggapnya sebagai rasa ingin tahu langsung.

Hai, apa kabar? Lama sekali ya. Tak bersua. Bahkan lupa rasanya menyodorkan secuil senyuman. Dulu sepertinya pernah bercakap cakap bahkan dengan gurau. Sekarang, aku bercakap dengan lainnya membahasmu menjadi bahan gurauan.

Hai apa kabar? Hidupmu nikmat dan tak sebercanda itu kan? Aku tahu aku terlalu berkutat pada sesuatu. Bahkan sampai hampir lupa menikmati prosesnya. Sedang kau, ada nikmat yang terlalu banyak diambil. Sampai kau lupa, rasanya berjuang kembali.

Hai, apa kabar? Aku hanya menerka, 3 kata basa basi itu akan kulontarkan ditahun ke berapa ya? Entah, sekarang tampaknya tak ada kesempatan untuk itu. Mungkin sebaiknya kita menunggu moment yang tepat. Bukan kita, mungkin hanya aku.

Hai, apa kabar? Bahkan kata itu tak perlu terucap dari mulutmu. Ada umpatan lain yang membuatku sadar bahwa kau masih sama. Tak perlu basa basi. Tak perlu pengantar. Kau masih sama. Aku yang berbeda. Mungkin, 3 kata ini juga tak akan kuucapkan padamu. Terlalu janggal rasanya jika biasanya langsung menyapamu dengan penggalan namamu.

Hai, apa kabar? Kali ini ada yang hangat. Menanyakan kabar. Tentang hariku. Tentunya tentang aku. Kita, semoga dipermantap dan dipermudah.

Kamis, 17 Desember 2015

Aku ingin

Aku ingin berhenti belajar pada ruang belajar. Aku ingin berhenti mengejar angka yang hanya terkapar pada kertas bermotif emas. Aku ingin keluar dari segala hal yang menjebak pada embel-embel dibelakang atau depan nama. Aku ingin lepas dari kungkungan kertas kertas pertangungjawaban pada manusia.
Aku ingin berhenti. Lalu memulainya lagi sebagai orang tak umum.
Yang belajar tak melulu dikelas.
Yang makan tak selamanya diresto mewah.
Yang hidup tak merisaukan hujatan semesta.
Yang segalanya aku lakukan karenaNya.
Tapi, diujung sana ada yang menahan dan berkata, "Jangan"

Senin, 14 Desember 2015

Desember

Sudah Desember. Dan sudah lama sekali tak menulis.
Terakhir Oktober, jika aku tak salah.
Alhamdulillah, antara Oktober sampai Desember 14th banyak hal yang jauh lebih baik.
Segala yang ingin aku tuliskan adalah banyak. Namun, aku memilih menanti. Menanti saat yang tepat untuk benar-benar memberimu kesempatan saat kau senggang untuk sekedar menelisik tulisanku.

Sudah Desember dan sebentar lagi Januari. Tahun pun turut berganti. Akan seperti apa tahun depan? Akan ada apa di tahun depan? tampaknya ada yang sangatberharap ada banyak perubahan yang terjadi di tahun depan.

Sampai jumpa di tahun depan. Jika aku sabar, aku akan kembali di tahun depan. Namun, jika tidak, aku mungkin sudah menjabarkannya padamu :)

Have a good day. Happy 14th

Rabu, 18 November 2015

Sudahkah?

Sudahkah kamu selesai dengan dirimu sendiri?
Sudahkah kamu siap menerima suatu niatan baik?
Sudahkah kamu selesai dengan luka lama?
Sudahkah kamu menutup kesalahan dalam dalam?
Sudahkah kamu menepati segala janji yang menguap?
Sudahkah kamu menyaksikan pergantian siang dan malam demi mendapat petuahNya?
Sudahkah..
Aku tak tahu, apakah aku mencapai tahap sudah. Aku hanya membiarkannya mengalir. Biarlah.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Fighting!

I dream a big dreams. I dream and still sleeping to make it come true. I got the golden ticket, a permission from my heroes.  They let me flying to the highest. They let me reach those dreams. They ikhlas when I be not arround them for couple years.

And, so blessed I am, a spirit, not only come from them, but also come from people surround me. Even they are not directly support me, but they already give an example. They did so well, then good things just came. So, those lesson I still keep in my mind, my heart, and I make it as quote of me ^^

I dont know what is Allah's plan. But I believe He make the best for me. The atmosphere arround me are completely good to reach my dream. But we live in people thought, I just take it easy. Leave it to behind and pretend not hear even a word. They not support our live, why we always listen to them. Just be pretend, trust me :)

So, once again. Live your best life, like my besties said. Dream your bigest dream. Sometime unpredictable thing just come yo us began with a dream, my lecture said (Widi, 2002). Oiya, she is one of my best lecture who support me and really really support me for taking course at same univ. I'd like to thanks to Allah, may we always have favor and He add it more often.

Good night.
Have nice and big dreams!

Senin, 05 Oktober 2015

Tjinta



Jika tjinta fatamorgana, aku pilih mentjintai Tuhan dan Tuhan mentjintaiku sadja.
Sembari menunggu kenari berpuasa suara,
Se-insjaf kesombongan tertunduk karena tua.
Toh senjum lebar belum berarti tjinta, masih mungkin ia hobi melawak.

Balasan pandjang belum berarti asa, kali sadja ia kuli tinta.
Sudah latjur air tenang menghanjutkan.
Biarkan anak ketjil mentjintai pelangi, kalaupun tjapek ia pulang djuga. 



Ada benarnya jika cinta pada Tuhan dan Tuhan mencintai kita maka Tuhan akan mendekatkan cinta semesta pada kita.
Ada benarnya jika kuli tinta hanya mampu menyampaikan sejuta aksara tanpa mampu memberikan penjelasannya.
Ada benarnya tersenyum lebar adalah bagian dari berbagi dengan cara yang sederhana.
Ada benarnya aku memilih belum mencintaimu tapi mengagumimu bak anak kecil yang terpesona pada semburat halus pelangi yang munculnya sesekali.

Sabtu, 03 Oktober 2015

고마워요

Terima kasih datang sebagai penyemangat dikala Allah tau gundah gulanaku.
Terima kasih atas pembeberan yang bermakna meski belum sepenuhnya berbalas.
Terima kasih telah mematahkan hipotesis wanita lebih rajin dari pria.
Terima kasih tetap tegar dan ikhlas atas sesuatu yang mungkin sudah pasti.
Terima kasih untuk senyuman dan cerita yang tersimpan dalam memori.
Semoga Tuhan melapangkan segala upayamu.

오빠, 화이팅!

Senin, 28 September 2015

Jangan. Jangan.

Jangan terhempas.
Biarkan melambung sesuka hati.
Menerka aksara.
Menatap semesta.
Mengharap keajaiban.

Jangan bersembunyi.
Jangan pula biarkan terkukung.
Berlari seperti batita belajar.
Acuh pada kerikil tajam.
Mengepak sayap setinggi angkasa.
Tak peduli berapa tinggi langit.
Tersenyum bagai manekin tak bersuara.
 Menghiraukan suara manusia tak bertuah.

Jangan berhenti.
Terus merapal rintitan doa.
Membisu pada manusia.
Mengeja pada kaligrafi suci.
Menangis deru pada Tuhan.

Minggu, 27 September 2015

Everythings is much better

Yes. Everythings is much better when I leave the rest to You, Allah.

Banyak yang terjadi akhir akhir ini. Hampir semuanya tidak bisa kutangani dengan sendiri. Maka, keputusan yang mampu kubuat adalah memasrahkannya padaMu. Aku menyerah. Entah untuk kali keberapa. Aku merengek lagi. Mungkin tak pernah habis rengekanku kepadaMu.

Ya memang tak ada lagi tempat mengadu segala pikiran yang mencuat kesana kemari, hati yang gundah gulana, tubuh yang makin menurun kondisi fisiknya, bahkan semangat pun kembali diobrak abrik, kecuali Engkau, Allah.

Aku menyerahkan padaMu segalanya. Bahkan saat satu persatu Engkau mengambil titipanMu, Engkau pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik. Aku percaya janji Engkau Ya Rabb.

Maka, ijinkan aku terus bersyukur. Ijinkan aku tetap menunduk untuk tak mendangak melawanmu. Ijinkan aku tetap demikian, agar Engkau senantiasa menambahkan nikmatMu.

Wallahu a'lam. Segala puji bagi Allah Tuhan pemilik semesta.

Jumat, 28 Agustus 2015

Agustus

Agustus.
Jika dibilang ini bulanku, tak sepenuhnya. Ini bulan kita semua. Hanya saja aku diberi kesempatan lahir dibulan ini. Terlebih lagi namaku jelas sekali mengarah pada bulan Agustus ini.

Agustus.
Selamat datang dibulan Agustus calon gadis cantik. Berbaik hati sekali Tuhan mendatangkanmu dibulanku. Aku kira kau akan datang september nanti, sama seperti ayahmu. Aku melihatnya sebagai pengingat dari Sang Khaliq untuk ayahmu melalui kau.  21 Agustus (jika aku tak salah) adalah kebalikan dari tanggalku. Pasti sampai tua nanti dia akan selalu mengingat tanggal kita, yang berkebalikan itu.

Semoga kau memiliki kehidupan yang lebih baik dari ayahmu. Semoga dengan hadirmu segala kekakuan dan kebekuannya bisa kau lelehkan. Semoga kau bisa banyak mengajari ayahmu tentang kehidupan dalam lingkup kecil, keorangtuaan dan hal hal lain yang tak sempat kusampaikan padanya. Bawalah kebaikan sebanyak banyaknya.

Tuhan begitu adil ya. Ketika dahulu ada yang mendamba jagoan namun gadis yang muncul. Kurasa Ia bermaksud untuk mengajarimu akan aku, melalui gadismu. Kuharap gadismu tumbuh dengan cerdas agar dia mampu menangkas segala godaan makhluk jahat yang tak selamanya bisa kau bentengi. Peliharalah dia sebagaimana kau memelihara egoismu agar tetap menang.

Berbahagialah!

Sabtu, 22 Agustus 2015

Day by Day

When day by day going commonly without something special, that can be mean that our day going to better. But sometimes we feel not really alive although we were live in this life. It can be caused by a thing which only yourself who know the reason. A reason which never has an answer. A answer which can be appear during life. So, that is all mean that our soul (perhaps) being upheaval.

So, let me sing to cure my own, without any explanation from you.
Senin, 17 Agustus 2015

Self Blooming

Wanna bloom your self? Try selfie. Nowdays, selfie is so popular. Take a picture by your own gadget really cure you from feeling blue. You can make your emoticon by your face. That's up to you wanna look pretty, ugly, annoying, silly, smart thats depend on you. So, i called it self blooming. Bloom your day and get your mood back. And this kinda annoying face from me who had bad mood today. But, i got it back. Thanks God, I am in era modern. Huahaha.
(Pardon me, if you really sick see my face)

Minggu, 16 Agustus 2015

Blue

I love blue. Really love those kind of blues. Sky. Water. My suit full of kind of blue. I dont know why, but blue can bring some happiness in my life.
This night, blue comes. Blue feeling. If you know what i mean. How sick you are and really not comfort with anything arround you, i called it blue feeling. I cant say too much here, but this blue feeling already grab my mood and bring some uncozy feeling. And bad one when writting these word, i dont know exactly what i wanna say. So sorry, blue feeling make me like zombie.

Kamis, 23 Juli 2015

Kesepakatan Kami

Beberapa hari lalu terjadi pembicaraan yang panjang, dalam, dan begitu mengharukan. Cerita panjang mengalir dari dua mulut manusia yang dilanda gusar bab pria. Banyak cerita yang begitu lihai tertuturkan, tak sama namun serupa.

Hingga pada akhirnya, kami pun sepakat.

Bahwa kenyataan dalam menjalin sebuah hubungan tidaklah semudah bualan yang dituturkan para pemberi nikmat ulung. Bahwa ada sesuatu lebih dari sesuatu yang harus dijaga lebih dari apapun sebelum hingga akhirnya bisa dijaga bersama secara halal. Bahwa jelas tak mudah menjalin hubungan tanpa ada pengikat apapun justru malah nafsu yang disertamertakan bersama nama cinta. Bahwa sebaik-baiknya pribadi adalah dia yang mampu menjaga diri dengan baik jauh dari godaan setan yang berkelana dengan berbagai bentuk cobaan. Bahwa menjadi satu pun bukan perkara mudah seperti membeli permen karena perlu melibatkan banyak subjek pendukung sebelum cinta bersemi bukanlah hanya dua insan yang merasa dimabuk cinta. Bahwa jatuh atas nama cinta pun tak lah seelok cupid yang berterbangan menebar benih asmara karena lebih baik jatuh cinta karenaNya.

Kami percaya bahwa manusia telah diatur sedemikian rupa oleh Allah sang pencipta dimana jodoh, rejeki, hidup, dan mati telah diketuk palukan olehNya, sehingga kami tak lah perlu memusingkan hal-hal tersebut.

Hanya Tuhan yang tahu betapa jenuhnya kami atas segala hal-hal yang membuat kami mudah sekali dibolakbalikkan perasaannya.

Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi 'alad dinika wa 'ala tho'atika


Ruang Rindu
Agustin Pratiwi

Rabu, 15 Juli 2015

Selamat ya

Selamat malam duhai bintang dan bulan yang berpendar menyinari jalan kita. Selamat malam hai pria berambut pendek. Selamat mengarungi tanah rantau. Selamat berkelana membawa kebaikan. Selamat mengempaskan segala pikiran di atmosfer rindu. Selamat mengepakkan sayap dalam balutan doa dan asa. Selamat juga terlah mampu menciptakan kikuk tak biasa. Selamat.

Dan terima kasih.
Selasa, 07 Juli 2015

Ikhlas (?)

Jadi, mengikhlaskan seseorang yang terkasih merupakan hal terberat, ya? Bukan hanya dia yang kau puja sebagai dambaan hati, tetapi mengikhlaskan dia darah kandungmu, bukan perkara mudah ternyata.

Bayangkan saja, ketika anugrah terindahNya yang kau hadirkan dalam kehidupanmu, tiba-tiba diminta oleh orang lain yang belum tentu kau kenal dekat. Sesungguhnya dia meminta dengan halus, pun dengan sungguh. Permintaan sederhana nan berat. Dia memohon begitu dengan rangkaian kata lembutnya, sembari menyodorkan segala lembar persetujuan. Kurasa ini perampokan yang halus dan benar-benar terrencana.

Maka, dengan perampokan itu, ada yang terjatuh. Bukan hati, namun jiwa menjadi  sakit. Bukan terjatuh hati karena menyatukan dua insan atas nama agama, tetapi jatuh akan pikiran yang meragukan kebesaranNya. Pun sebagai manusia yang sudah begitu lekat dengan, ayat suci Qur'an dan hadist, menjadi terhuyung tak percaya. Semudah ini, Ia membolak balikan hati manusia.

Atas nama Allah, dia harus melepaskan. Meski hati tak ikhlas. Atas nama Islam, dia harus membiarkan putri tercintanya diambil paksa oleh seorang pria. Atas nama Ayah, dia menangis meskipun dia harus memasang raut palsu demi kebahagia sang putri.

"Saya sebenarnya belum lah ikhlas, jika pun dia harus menikah sekarang. Bagaimana bisa jika keduanya belumlah tuntas. Saya merasa bakti saya kepada anak belum lah maksimal. Saya juga masih ingin merasakan hangatnya anak, sebelum memang benar-benar dinikahi pria. Tapi, yasudahlah..."

....

Maka, dengan ini nikmatilah keluargamu. Sayangi mereka, sebelum nanti ada yang masuk. Atau ada yang harus pergi.

....

Jumat, 03 Juli 2015

Tons of Syukron

Halo Jum'at. AKu kembali menyapamu setelah melewati minggu-minggu yang berat (kurasa demikian). Tapi biarlah, yang berlalu biarlah berlalu. Karena sejatinya semua mendewasakan kita. Anggap saja sebagai ujian dimasa lalu untuk meningkatkan kualitas kita dimasa yang akan datang. Banyak yang bilang, hidup seperti sekolah, jika mau berkualitas, harus bisa melewati masa-masa ujian, bukan? Namun sayangnya, ujian kehidupan sangat mendadak datangnya. Tak ada pemberitahuan, jadwal ujian pun tak akan pernah ada. Yang jelas, Ia menguji kita sesukaNya. Wajar, karena kita apalah-apalah, hanya manusia dari gumpalan darah yang diciptaNya.

Alhamdulillah. Ini bulan ramadhan penuh berkah. Sudah hari keberapa ya? Aku tak menghitung. Aku membiarkannya mengalir. Mengalir syahdu, tak perlu dihitung. Aku takut lupa hitunganku yang terakhir, hingga menyebabkan salah perhitungan. Maka, biarlah nikmat ini tergantikan dengan lainnya tanpa perlu menghitung berapa jumlahnya :)

Alhamdulillah juga banyak hal yang benar-benar membuat saya tersentuh. Hal-hal simple dikala saya sedang menurun. Begitu banyak yang Allah hadirkan untuk memberikan dongkrakan semangat. Banyak sekali yang memelukku dengan kata-katanya yang begitu dewasa. Banyak sekali yang menyapa dengan penuh hangat. Banyak sekali nikmat-nikmat yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena terlalu banyak hal-hal indah yang aku habiskan bersama mereka. Alhamdulillah, Allah memberikanku kesempatan untuk meratakannya kepada para sahabat.

Bagaimana saya bisa membalasnya? Insya Allah dalam doa sudah ku sematkan mereka. Setidaknya berkata hal yang baik untuk mereka, itu sudah menjadi sebuah upaya untuk membalasnya. Karena doa adalah usaha terbaik. Percayalah. Tons of syukron for my Lord, Allah. Thank you for the best gift ever.

Jazakhallahu khairan.


Best Regard,
Agustin P


Kamis, 25 Juni 2015

90/60

Masih ingat 100/70? Masih ingat siapa saja yang ada didalamnya? Masih ingat bagaimana rasanya menahan nyeri? Masih jelas. 100/70 baru saja terjadi minggu lalu. Tapi bahasan 100/70 seolah hampa tak ada apapun disana. Memang hampa karena membahas yang sudah lalu.

Dua hari ini, 100/70 telah berubah menjadi 90/60. Lelah sekali. Begitu lelahnya tidak mampu merasa lelah lagi. Bahkan pusing tak berani mendekat pada badan yang lemah ini. Dua hari ini, seolah menjadi robot—yang bekerja karena ada mesin dan terprogram dengan baik. Berjalan pun lunglai, seolah menjadi zombie—mayat yang berjalan sembari tertidur. 

 Lelah ini sudah banyak dikeluhkan kepadaNya. Mengeluh terus. Mungkin mengurangi pahala di bulan suci ini. Lelah, sampai bagian mana lagi yang harus kuutarakan. Karena aku hanya milikNya, maka aku pasrahkan padaNya— jika kelak aku tumbang.

Pada titik 90/60 membuat saya kembali didekatkan dengan banyak hal. Banyak sahabat yang memberikan dukungannya. Mereka memberikan perhatian yang begitu tulus. 90/60 membuat saya menangis, ternyata banyak mereka yang mempedulikanku, melegakanku dengan kata-kata yang hanya bisa kuiyakan. Mereka mampu menamparku dari malam sampai pagi. Terima kasih.

Selasa, 23 Juni 2015

Terjatuh

Aku pernah terjatuh. Kami pernah terjatuh. Bukan perkara sakitnya terjatuh, tetapi terkadang jatuh itu mengenakkan. Bisa jadi efek samping terjatuh itulah yang lebih menyakitkan dibandingkan proses terjatuhnya.

Terjatuh bisa saja menjadi musibah. Terjatuh dari dari bangku yang tak kuat menahan berat kita, misalnya. Atau jatuh sakit. Terjatuh juga bisa jadi pada hal yang menyenangkan, jatuh hati misalnya. Tapi bisa jadi tak sesuai dengan harapan. Semua bisa saja terjatuh.

Maka, dengan ini terjatuh tidaklah menyenangkan. Ketika ada kerabat yang sedang terjatuh, maka aku atau kami berusaha untuk menyelamatkannya. Setidaknya kami berusaha membantunya berdiri. Atau paling tidak, membuatnya kembali terduduk seakan sedang menikmati sepoinya angin sore.

Tak banyak yang bisa kami lakukan, hanya saja ada didekatnya dan bisa memberikan kembali keceriaan yang dulu pernah dihabiskan bersama, rasanya sangat cukup. Tapi seiring berjalannya waktu, banyak kami yang ditelan dengan kesibukkan masing-masing. Maka menolong mereka yang sedang terjatuh dapat dilakukan dengan berdoa.

Terima kasih, kala kami terjatuh anda selalu ada bagi kami, terutama bagi sang pemilik rahim yang nyata diantara kami. Terima kasih tetap menguatkan. Semoga anda tetap kuat dengan cobaan yang Allah berikan. Allah begitu merindu anda, tante. Mungkin juga Allah merindu yang lain, tapi dengan anda dijadikan umpan sebagai pusat kembalinya mereka kepadaNya. Semoga semangat dan mukzizat Allah sangat nyata dan mematikan sel ganas yang menggerogot. Lekas sembuh dan kembali dalam hangatnya kekeluargaan. Aamiin :')
Kamis, 18 Juni 2015

Menjadi Dirimu

Mmm. Aku tak tahu bagian menyenangkan mana menjadi dirimu. Karena banyak sikapmu seolah acuh begitu terhadap semesta. Bahkan mengingat hari dan tanggal pun, aku ragu. Kurasa memang tak kau ambil pusing, karena hari demi hari masih berlalu dengan tugas seperti biasanya.

Aku juga tak tahu, mengapa kau tak pernah berusaha merepotkan orang tuamu, padahal denganku, kau meminta tanpa malu. Dan entah bagaimana kau bisa mengambil ibaku. Ah. Dan entah mengapa, segala yang kuberikan adalah kau butuhkan tapi tak begitu kubutuhkan. Is He very fair, right?

Menjadi dirimu tampaknya menyenangkan. Mengolokku sesuka hatimu dan bodohnya aku tak berkutik kala itu. Iya, kau mampu tertawa bebas sesukamu kala aku terbengong memikirkan balasannya untukmu. Dan kenyataan yang ada, aku yang semakin terhujat. Tapi, diantara hujatan ini aku bisa terbahak tanpa memperdulikan sekeliling.

Tapi kurasa banyak tak enaknya menjadi kau. Maafkan jari-jariku yang tak kuasa menahan hastrat untuk mengetuk kepalamu kala kau mengejekku. Maaf juga secara tidak langsung kau menjadi tamengku kala ada the man who can be move. Maaf lagi karena aku, semesta jadi membandingkanmu dengannya.

Maka, dengan ini aku tak mau menjadi dirimu. Tetap jadilah dirimu yang seperti ini. Banyak mata akan melihatmudan mungkin akusecara rupa-rupa, tapi entah mengapa dalam pandanganku kau adalah satu. Tetaplah seperti ini being an easy going easy laugh man that's so meaningful for me. Then let me always be your 'boss' as usual to get the best pleasure from my (perhaps) almost worthy man, indeed. (hehehe)

Dan selamat tambah umur ya kemarin. Kau lupa. Aku ingat. Kau heran. Aku cekikikan. Sehat selalu lekas selesai studinya. Allah bersamamu. And then thanks for the unheard-well yelling this noon, the concern that i never tough before. Such a sweet things come on us. And the last one, big thanks and grateful to ALLAH so that we see each others.

Minggu, 14 Juni 2015

100/70

Selamat hari minggu jika ini adalah salah satu hari liburmu. Yes! Thats mine :)

Awal minggu di bulan Juli, sesak sekali. Sibuk mempersiapkan ini itu, dimintai tolong lalalala ini itu juga. Mau tak mau, mereka memaksaku memikirkannya lebih. Dan sampai pada satu titik dimana tercetuslah 100/70.

Titik dimana aku menjadi tak berdaya dibuatnya. Tensiku tiba-tiba menjadi terlalu rendah, karena sebenarnya kisaran normalku 110/100. Kondisi dimana aku tak kuat menyangga kepalaku bahkan saat aku duduk. Dimana aku membenamkan kepalaku dibawah bantal saat aku berusaha tertidur. Dimana aku tak mampu membuka mata melihat langkah kakiku saat berjalan. Berlebihan. Memang seperti itu rasanya.

Dia datang kembali menyerangku, setelah dua tahun lebih tak datang. Padahal kedatangannya bisa lebih memungkinkan diawal tahun lalu. Karena pada tahun itu, aku bukanlah aku yang sekarang. Kehilangan seseorang yang cukup berpengaruh pada hidupku membuatku bagai terhempas karang dilautan. Bak hidup segan mati pun enggan. Klasik ya kala separuh cinta pergi.

Tapi benar saja, sakitku tak pernah kembali selama 2 tahun itu. Bahkan maag-ku pun tak berani muncul. Aku baru sadar, sekali lagi baru sadar, memang Allah menguji kami sesuai dengan kemampuan umat-Nya. Jadi, Allah tak mendatangkan sakit kala Ia tau aku sedang terombang ambing. Padahal dulu, kala aku diuji dengan sakitku, aku selalu mengadu pada seseorang. Dan dia selalu memberikan segala upaya agar aku lebih baik. Memang kala itu aku merasa lebih baik. Meski pada akhirnya berakhir sangat tak baik. Tapi sampai detik ini, segala upaya yang dia lakukan berdampak baik bagi hidupku. Iya, dia hanya sebatas masa lalu.

100/70 membuatku kembali mengoreksi diri. Sekali lagi ini ujian Allah agar kita lebih dekat. Allah rindu kita. Lantas sang ibu juga memberikan perhatiannya kala nyeri tak tertahankan. Iya, dia tampak menyeringai miris melihatku menahan sakit. Ya. Bahwa kesehatan mahal sekali. Tak mau minum obat terus menerus kan? Memang tak enak. Maka, aku juga tak mau minum obat. Hanya saja kubiarkan pergi bersama kebahagian yang sedang kutampung. Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan ya.
Rabu, 10 Juni 2015

Ketika Semakin

Selamat malam lagi. Selamat istirahat ya.
Sudah 23 kurang beberapa bulan menyesaki bumi. Semakin tambah umur, jadi semakin berpikir tentang banyak hal. Semakin banyak membaca, juga semakin membukakan mata dan pikiran. Semakin banyak berdiskusi dengan yang terdahulu, semakin saja luas pandangan. Maka, segala yang semakin tersebut justru membuat saya semakin bingung hihihi

Jika kau bersedia bertanya "mengapa?". Maka jawabanku adalah karena semakin bertambah usia kita, harapannya adalah kedewasaan semakin meningkat, meskipun belum ada alat ukur pasti yang bisa mendeteksinya. Namun, semua itu tampak dari beberapa pemecahan dan keputusan pribadi yang kita ambil untuk langkah selanjutnya, yang pastinya semua orang berbeda masalahnya. Masalah-masalah yang tak sama antara manusia lain ini lah yang terkadang membuat kita untuk saling berdiskusi, berbagi pengalaman. Banyak dari kita yang mampu menggambil hikmah dari pengalaman hidup, baik yang dia alami sendiri atau yang terjadi pada orang lain.

Dan, semakin banyak interaksi yang kita lakukan antar sesama baik makhluk hidup maupun ciptaan Allah lainnya, sampai pada satu titik bisa menggoyahkan niat kita. Bukan berarti memendam sendiri adalah baik, tapi kadang segala sesuatu yang ditanggung sendiri terkadang kurang maksimal. Mengingat Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain.

Sampai detik ini saya berterima kasih, bahwa Allah memperkenalkan saya dengan mereka-mereka yang mampu memberikan saya kritik dan saran demi perbaikan masa kini. Atas masukan dari curahan kebimbangan saya haturkan nuhun. Atas mereka yang memberikan dukungan atas niat saya yang ini itu saya ucapkan terima kasih. Meskipun sampai detik ini saya masih bimbang dan menjadi semakin bimbang. Hahaha. Mantapkan niat yaa. Semoga Allah selalu menjaga mereka dan kami selalu dalam lindunganmu. Aamiin.

Selamat istirahat. Jaga kesehatan ya. Karena mahal ;)

Minggu, 07 Juni 2015

Diingatkan Mas Gun

Selamat istirahat. Sudah malam dan saya tumben masih terjaga. Setelah ada kejadian tadi pagi, sampai sekarang efeknya masih berasa. Padahal hanya senyum dalam hitungan detik, mampu menaik turunkan hari ini. Sampai sampai tak kuasa, dan mengadu padaNya dengan urai air mata. Lalu malam ini, saya kembali lagi diingatkan dengan caption diakun instagramnya @kurniawan_gunadi. Mas Gun, seorang penulis di akun tumblrnya.

Iya hidup kita berwarna ya. Salah satunya adalah warna dipagi hari tadi. Dan banyak warna lainnya lagi. Bersyukurnya adalah Allah masih menguji kita karena Allah sayang kita. Allah merindu urai air mata kita. Allah juga merindu kita memohon lagi. Sekali lagi Tuhan baik sekali. Aku kembali berterimakasih. Alhamdulillahirobilalamin.

Selamat malam. Semoga pagi esok akan lebih baik dan Allah permudah segala urusan kita ya.

Terima Kasih Tuhan

Terima kasih Tuhan telah menunjukkan bahwa saya memang bukan yang terbaik baginya. Terima kasih pula telah mengarahkan mata saya untuk melihat bahwa dia bukan lah yang terbaik bagi saya. Dan terima kasih pula telah mempertemukannya terlebih dahulu dibandingkan sayadengan sesorang yang menurut Engkau baik. Terima kasih Tuhan bahwa engkau telah menjadikan nyata doa saya untuknya agar ia lekas dipersatukan dengan seseorang. Saya percaya bahwa Engkau berbaik hati bermaksud mendekatkan saya dengan semesta. Saya merasakan semesta begitu hangat merengkuh saya tentunya dengan ijinMu. Saya percaya ketika saya mempercayakan Engkau, dengan caraMu Engkau akan mempertemukan saya dengan yang terbaik pada saat yang sangat tepat. Dan ketika saat itu terjadi, saya memohon tetaplah bersama saya karena tanpa Engkau saya lemah. Ketika tiba saat itu, rengkuhlah kami dalam niat yang tulus nan lurus dalam dekap hangat memasrahkan segalanya pada Engkau, Yang Abadi. (aamiin)
Jumat, 05 Juni 2015

Dika

Dika Rimbawati. Seorang wanita yang cukup baik menurutku. Aku juga tak memperdulikan hal lain. Terlepas dari hal lainnya, dia orang yang baik banget. Aku mengenalnya hampir 2 tahun. Belum lama memang, tapi kami banyak berbagi. Mulai dari pengalaman event, kerja, naik gunung, main, sampai urusan cinta. Apalagi bab cinta, dia menjadi seterbuka itu kala aku hanya kenal diawal. Tapi dia berani membaginya dengan ku tanpa tendeng malu.

Singkat dari yang panjang, dia pernah menjalin hubungan dengan pria beda agama lama sekali. Pria itu baik sampai membuatnya tak sanggup berpaling meski ada yang datang lalu pergi. Dan siklusnya dia kembali dengan pria itu. Kejadian ini berulang sampai tak ada yang heran karena saking seringnya kejadian ini. Setahun terakhir dia dekat dengan pria itu, dia pernah semacam memperhatikan seorang pria. Dan setahun kemudian, dia kembali dipertemukan dengan pria yang dia perhatikan itu pada satu event dan aku kebetulan ada disana. Cepat sekali setelah itu, proses mereka berlanjut pada keseriusan. Dan saat ini mereka sedang proses dalam mempersiapkan pernikahannya. Luar biasa ya.

Paham cerita ini mengalir kemana? Susahnya move on. (Meski ga menggambarkan move on sihh hehehe). Ini juga yang saya alami. Memang move on tak mudah, semudah jatuh hati. Bahkan jika memang bisa hidup tanpanya, ya memang. Tapi segala kenangan pasti banyak yang masih bergulit direlung hati dan otak. Ya secara masih diberi ingatan yang cukup ya. Akan berbeda jika jadi lupa ingatan. Naudzubillahiminzdalik :) 

Tapi ini dia yang bikin aku kagum. Dia mendapatkan pria yang dipuja. Pria yang mampu mendampingi setiap langkahnya. Pria yang bertahan dengan segala kisah lalunya. Pria yang mau menerima segalanya. Pria yang aku rasa memang didamba kak Dika. Aku turut bahagia. Ada qoute yang membuatku tersenyum lega adalah:

"Dibalik cewe yang ga bisa move on, ada mantan yang hebat dibelakangnya. Tepi dibalik cewe yang bisa move on, ada orang yang lebih hebat dari mantannya."

I hope thats truee! :D pasti memang demikian. Dan ini hanya masalah waktuu :) bismillah ya pelan pelan Allah permudah o:)

Selamat kak dika dan mas tian. Be longlast ya bahagia sampai akhirat yaa. Doakan semoga aku  lekas demikian :))

Target

Target. Kata ini yang terngiang di otakku beberapa malam terakhir. Minggu ini banyak sekali target yang harus dituntaskan. Tapi melesetnya hampir 60%. Mulai dari ini itu yang tak boleh dikeluhkan :')
Dalam hidup memang sebaiknya kita punya target ya. Entah dalam jangka waktu pendek ataupun panjang. Mereka-orang yang lebih tua sudah mengajarkan itu. Tapi kembali lagi ke pribadi masing masing mengenai target tersebut. Karena setiap orang pasti berbeda dan tidak bisa disamakan (rule number 1).
Namun menargetkan sesuatu kadang tidak seperti yang diharapkan. Ada-ada saja lah yang terjadi. Belajar dari beberapa kejadian lalu, aku paham bahwa tak selamanya targetku tepat pada sasaran. Pada kenyataannya memang banyak yang tidak sesuai target. Banyak yang tidak terduga pula. Atau banyak yang targetnya hilang entah kemana. Menyedihkan ya. Itulah aku mengenai targetku.
Beberapa kejadian dalam hidupku membuat mataku semakin terbelalak bahwa sesuatu yang sudah kita targetkan menjadi tak sesuai dalam kenyataannya. Alasannya pasti ada dan jelas berbeda cara penyampaiannya.
Mmmm. Begitulah sekelumit tentang target. Entah tulisan ini mengarah kemana. Maafkan aku yang sedang risau diburu target. Tetapi dengan begini, maka tetaplah genggam targetmu dalam doaNya. Dan lakukan yang terbaik dihari ini :)
Live our best life today, it leads us to ur best future.
Senin, 01 Juni 2015

Aku jahat

Aku jahat. Tak bisa mengontrol kalimatku untukmu.
Aku jahat. Membiarkan egoku merasukimu.
Aku jahat. Menyudutkanmu hingga kau sadar salahmu.
Aku jahat. Tidak memberikanmu kesempatan membela diri.
Aku jahat. Sekali lagi aku jahat.
Mungkin hanya aku yang terlalu berani menampar dirimu dengan kata-kata.
Mungkin hanya aku yang menahan urat maluku hanya demimu.
Mungkin memang aku didekatkanmu hanya untuk membuat matamu lebih lebar.
Aku jahat. Semoga jahatku tidak membuatmu jera.
Terima kasih membiarkanku tetap jahat padamu.
Semoga tidak ada lagi kejahatan manis yang kau perbuat.

Salut

Boleh kah saya mengagumimu? Iya ada rasa kagum yang muncul dariku terhadapmu. Perkenalan kita hanya singkat. Percakapan kita juga sesaat. Tapi diantara kita terlibata hastrat yang saling tertahan secara ketat.

Saya masih mengingat setiap bait kalimat yang kau utarakan. Dan saya juga masih berdebar kala membacanya. Kalimat yakin dan tampak terarah. Dan semakin kesini semesta menunjukkan kebalikannya kepada saya.

Saya salut karena kau masih mempercayakan semesta dengan isinya dikala tak ada tali erat yang kau pegang. Saya juga salut kala tahunya saya adalah tak tahunya engkau yang merupakan hal menyakitkan, namun kau masih berdiri diatasnya. Saya juga salut bahwa ada yang kembali kepadamu kala dia lelah tak tertahankan tanpa kau memintanya. Saya salut pada kau yang bisa memgira membuatnya satu kala ada yang menjadi rupa-rupa dihadapan saya.
Sungguh saya berdecak diantara kagum dan miris.

Tentang percakapan kita beberapa bulan lalu, saya tak menyesal. Jika Allah mengizinkan, saya justru ingin mengenal engkau lebih. Semoga segala yang engkau pegang kelak membuahkan hasil bersamanya dan membuatnya jauh lebih baik. Kala itu saya tak bermaksud menjauhkan kalian. Maka, jika ini mendekatkan kalian, saya bersyukur. Semoga kelak memang hanya ada engkau dan dia, bukan lainnya lagi. Namun jika bukan dia, maka akan ada lainnya.

Dan yang lebih saya saluti bahwa engkau telah membuatnya terperangkap tak bisa keluar. Hebat ya. Selamat ya :)
Semoga Allah selalu melindungi kita semua.

Kamis, 28 Mei 2015

Dandelion

Pagi di Parompong, kami melangkahkan kaki menuju daratan yang lebih tinggi. Aku asyik dengan kameraku mengabadikan hamparan rumput. Dan mereka memetik sebuah bunga yang kemudian ditiupkan keantah berantah.

Ia hanya berupa batang dengan bunga kepala yang sudah gugur. Kelopak menjadi putih dan justru merekah. Membuatnya tampak lebih besar dari sebelumnya. Tampak rapuh. Kala sentuhan menggoyangnya, kelopak terbang menjauhi pusatnya. Ia bertebaran bebas diudara.

Aku tak menyadari bahwa bunga layu itu adalah dandelion.

Dandelion cantik, dandelion rapuh.

Kala angin menghempasnya, kelopaknya pergi satu per satu. Ia pergi disaat yang tepat. Kepergiannya tak hanya meninggalkan batang seorang diri, tapi ia menebar benihnya dilain tempat. Bahkan, dalam prosesnya terombang-ambing diudara, ia masih tetap tampak cantik dan elegan dengan caranya. Dari satu batang dandelion, ia akan menumbuhkan puluhan dandelion lain. Memberi keindahan lain bagi alam.

Selamat berpetualang terhempas udara, semoga lekas dimantapkan pada lahan yang terbaik agar kau mampu membahagiakan semesta.

dandelion
Selasa, 26 Mei 2015

Parompong !

Sudah Selasa lagi. Setelah kepergian yang sangat mendadak. Katakanlah pelarian saya. Tapi saya tidak lari dari apapun. Hanya saja refeshing sejenak ke Parompong, Bandung. Alhamdulillah Allah sudah mempersiapkan segalanya dengan banyak subjek baru yang begitu welcome. Padahal setelah mengiyakan banyak keraguan yang muncul. Salah satunya: tempat inap.

Dikala ragu menyelimuti hati, saya tetap melangkah menuju stasuin dan berangkat menuju Bandung. Pagi di stasiun Kiara Condong, Bandung disambut langit subuh dan dinginnya udara. Jemputanku, Bima, sudah menungguku. Kami menuju Parompong. Subhanallah dinginnya minta ampun. Masih terlalu pagi untuk melaksanakan sholat subuh. Dan arinya sedingin es yang mencair. 

Kami bertamu dirumah kerabat dari Bima. Usut punya usut, Bima banyak menceritakan tentangku pada mereka. Jadi sesampaiku, pertanyaan yang ditembakkan secara langsung banyak ditanyakan. Aku tersipu malu, meski aku bersykur tak perlu menjelaskan lagi :) Mas Agus namanya, dia soerang pelatih daan empunya Jefe hehe. Dia baik sekali, baru kami kenal, dia langsung memanggilku 'nduk'. Dengan kata itu, membuatku terjaga. Dia juga menyambut kami denganm baik, selayaknya kami saudara yang sudah kenal lama. Aku tersanjung.

Usut punya usut lagi, dia adalah kakak ipar dari seorang teman di skolah lanjutanku. Nah. Allah menjagaku dengan cara-Nya, bukan. Ia telah mempersiapkan seglanya, dikala aku ragu, Allah sungguh baik engan caranya. Aku bersyukur.

Kami menikmati pagi di Parompong dengan hanya berkeliling memandang hamparan hijau rumput, langit biru yang bersih, udara yang segar menusuk dada, dan tentunya kebahagian serta syukur. Banyak kuda yang dilepas berkeliaran kesana kemari tanpa takut akan kedatangan kami. Dan sesekalikami menggangu kegiatan merumputnya. Mereka dibiarkan merumput seseukanya, dan sre hari mereka kembali pulang ke stall masing-masing.

Subhanallah ya :)

 Sore hari, kami berkendara mengunjungi kerabat di UNPAD. Malamnya, kami mampir masjid Raya Bandung. Masjid Mewah sekali dan terkenal dengan halaman rumput sintetisnya. Kala itu malam minggu, dan banyak  keluarga yang menghabsikan malam disana. Jadi, latar kala itu dipenuhi umat manusia yang ingin bersantai di atas rumput sintetits. Sayang aku tidak sempat mengabadikannya. Dan malas juga karena ramai. Kami menyempatkan sholat magrib dan isya disana. Tapi sayangnya masjid yang luasnya 3 kali luas lahannya, tidak banyak orang yang melakukan shoalt tepat waktuu isya. Mereka justru berkumpul dengan canda tawa yang mengganggu sholat kami. Disitu saya merasa sedih. Saya hanya bersykur saja bisa sholat dan sedikit merenung dalam keagungan Allah disitu.

Dan ini hasil foto-foto di jalan KAA
Esoknya, kami nunggang. Yeyay. Ditemani oleh coach yang rada komplak juga. Dia bak foto model. Dia menemani kami sepanjang di Bandung. terima kasih mas Ari, sukses sama tehnya. Ditunggu undangannya.
Aku dan Old Cardo - Bima - alek - mas ari as coach - mas bayu - hamdani


Old Cardo, Kuda Spanyol yang ganteng :3

 Terima kasih Parompong, Bandung. Kamu Aweseome. Sukses buat segala perjuangannya ya, hjangan malas. Mari semangat. See you next trip :))






Minggu, 24 Mei 2015

Obliviate

Adalah lupakan kala aku stuck tak bisa menuliskan banyak hal disini. Rasanya ganjal sekali kala rangkaian kata tak mampu aku ketikan disini. Banyak yang bisa dicurahkan tanpa perlu mengkhawatirkan komentar orang. Tapi berkomentarlah jika memang kau mau. Mungkin ini teguran dariNya, kala aku lupa bercerita denganNya (QS 12 : 36)

Jumat, 22 Mei 2015

Niat Yaa

Selamat sore mentari. Terima kasih tetap berniat menyinari Jogja yang dingin ini.

Mantapkan niat ya. Sekali  lagi niat yang harus dimantapkan. Bukan rasa ingin, tapi niat ya. Bahwa saya baru sadar, ketika niat akan kalah dengan keinginan. Bahwa Ia juga tahu akan kebutuhan manusia-Nya. Bahwa tak selamanya yang diinginkan kita adalah baik untuk kita.

Sering kali kita terjebak dalam maksud hati berbuat kebaikan. Tapi masih ingat kah, maksud hati itu didasari oleh niat atau hanya sekedar mencari pujian sesama. Godaan sangat dekat ya, tak pandang bulu.

Sungguh, tak mudah memang menjalankan niat. Hanya Allah sebenarnya yang tahu.

Jika belum bisa diutarakan dalam kata, maka haturkan lewat doa saja. Allah jauh lebih mengerti. Insya Allah akan disimpan dalam toples-toples doamu yang akan diwujudkan setiap saat.

Kepada siapapun yang sedang berjuang, jangan lupa mantapkan niatmu :)
Selamat berakhir pekan.


With Love,

Agustin P
Rabu, 20 Mei 2015

Seuntai Doa

Mungkin aku sedang lelah dan tenggelam dalam kesibukanku. Sampai sampai akhir-akhir ini aku lupa mendoamu. Tapi satu yang selalu kusampaikan padaNya: "semoga Allah membukakan mata, hati, dan pintu batinmu. Jika memang kisahmu kini tidak membuahkan hasil, dengan izinMu semesta akan menyapamu lagi lebih keras."

Berlebihan? Maafkanlah. Ini adalah doa yang sama, yang kupanjatkan beberapa tahun silam. Ia lantas terbang sendiri, bersama kebahagiaannya dimasa kini. Mungkin, hal yang sama akan terjadi pula padamu sa.

....

Ya Allah. Jika saya diberikan amanah, semoga saya bisa menjadi yang fatanah. Izinkan saya tetap sehat.
Jika kesibukan saya menjauhkan saya dengan kerabat, semoga masih tetap hangat tanpa perlu perjumpaan yang lama.
Semoga saya tetap dan selalu dekat dengan Engkau. Dan segala sibuk saya juga hanya berpusat pada Engkau. Dan semoga tak ada embel embel untuk disanjung sesama.
Aamiin

Jumat, 15 Mei 2015

Maka, Terjawablah

Aku masih menikmati tawa kita dengan lantang. Tak peduli saat aku mengumpat, kau hanya tertawa terbahak. Malam yang cerah untuk memulangkan rindu ini padamu.
Tentang titipan salamku pada sesorang adalah bercanda, justru kau berteriak kala dia tiba. Teriakan yang kau tujukan pada orang yang menjadi subjek kita malam ini. Teriakanmu membuatku mengumpat lebih serius.
Derap kakinya menghampiri kami.
Masih seperti dulu. Jantungku terpogoh-pogoh, kakiku mendadak tak berlutut. Aku menyapa sejadinya, karena lidah dan otak ini menjadi kaku karenanya. Dari bibirku hanya keluar kata tak jelas. Dia menjawab sekenanya dengan muka absurdnya. Mukaku masam. Aku tak sampai hati.
Dia berlalu meninggalkan kami. Lalu kau terperangah melihat kepanikkanku. Mukamu menunjukkan rasa bersalah yang dalam. Sedangkan aku masih kikuk. Ada perasaan yang tak tentu kala dia menghampiriku. Dan aku tak bisa menutupi itu. Panikku membuatku mengancammu, dan kau mengiyakan dengan lemas.
Ketakutanku terjawab sudah setelah sekian lama kau penasaran. Bahwa tanpanya aku baik baik saja. Namun, berjumpa dengannya adalah momok bagiku. Maka dengan ini aku tak perlu menjelaskan alasannya lagi bukan. Terima kasih tetap dibelakang terpaku menjaga pandanganmu untukku. Semoga kalian baik baik saja.

Memegang Mimpi

Cerahnya hari kemarin bersama dua wanita seolah mematahkan mimpiku. Kami menghabiskan siang didalam kolam yang biru airnya mendayu-dayu bak kisah hidup kami. Kala kami berteduh, ada kisah kisah yang mengalir. Tiba pada bagianku tentang mimpiku. Aku hanya bercerita tentang mimpiku dan inginku dalam waktu dekat. Segala upaya yang ingin aku lakukan aku curahkan kepada mereka. Namun sayang, mereka mematahkanku. Mereka membuatku ketakutan sejadinya akan masa depan.
Padahal sebelum aku bercerita padanya, aku sudah mantap tentang itu. Padahal dalam benakku, aku hanya ingin melakukan yang terbaik tanpa memusingkan kata kata orang. Padahal dalam anganku sudah kumantapkan tujuanku dan terus berjalan tanpa menengok kanan kiri. Padahal dalam keyakinanku pula, kelak aku akan dipertemukan dengan dia-jodohku dalam perjalananku menggapai mimpiku.
Aku goyah bak daun tertiup angin.
Mereka bak narator hebat mendongengkanku dengan jutaan kisah yang telah terjadi. Kisah kisah yang memberikan pesan tersirat yang secara halus menyuruhku untuk memikirkan ulang tentang mimpiku. Kisah tentang menjadi wanita sendiri yang mementingkan karir memang tidak bisa dipungkiri dan memang masih berkembang dimuka bumi. Tentang wanita yang tangguh dalam karirnya, sehingga membuat lelaki yang tak setara takut mendekat.
Aku mendadak berhenti berpikir.
Sungguh aku tak tahu. Segala mimpi yang ingin aku wujudkan adalah bentuk tanggungjawab terhadap diri sendiri. Setidaknya kita sebagai satu pribadi sebaiknya punya mimpi, kan. Meski kita diciptakan dalam berpasangan. Namun sebelum menjadi bersama, bahwa ini adalah aku tanpa siapapun. Jika kelak ada yang menemani dalam menggapai mimpi, bukankah adalah rezeki dariNya. Dan tentang kehadirannya, tak perlu dikhawatirkan. Bukankan rezeki dariNya sebaiknya kita terima dengan penuh syukur?
Dalam hati kecilku aku percaya, nikmat Allah tak satu pun ada yang dusta. Maka mari berbuat kebaikan, berlandaskan Al-Quran, niatkan padaNya. Semoga kita selalu dalam petunjuknya.
Rabu, 13 Mei 2015

Rupa-rupa

Aku kira kau hanya satu. Namun kau berjuta rupa. Jutaan rupa yang mampu kau suguhkan dengan sempurna kepada banyak pasang mata. Akan tampak sangat menawan jika hanya melihatmu sesaat. Dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan keterbuaian. Sedang dari kacamataku, perlahan aku mulai melihat wajah aslimu. Aku terbelalak. Ternyata kau begitu. Dugaanku runtuh. Harapku mengendur.

Apakah benar kamu seperti itu? Aku masih tak percaya. Seolah dia mengagungkan dirimu bahwa kau adalah segalanya. Bagian mana ya? Aku penasaran. Bersyukur, masih ada yang membanggamu. Ada dia juga yang menyimpan namamu dalam doa. Ada dia lainnya pula yang berharap atas dirimu. Selamat jika begitu. Ini tanda bahwa rupa rupamu membuahkan hasil. Menyenangkan ya memerankan dirimu. Semoga tidak akan ada lagi yang terjebak, terpaku, sampai tak bisa bangkit, ya :)

Selasa, 12 Mei 2015

Bercerita Mimpi

Pernah kuceritakan mimpiku padamu. Iya mimpi dalam waktu dekat ini yang ingin aku upayakan. Tentang setiap langkah yang sedang aku injak. Tentang setiap proses yang sedang aku matangkan. Tentang angan masa remaja yang harus aku wujudkan. Tentang segala kebaikan yang selalu kami lakukan. Tentang segala upaya yang kami lakukan tanpa bersaing dengan siapapun.

Semua itu aku ceritakan padamu selama satu jam kala air menghujani jalan pulang. Segala mimpi itu mampu kau tanggapi dengan logikamu. Dan malam itu juga, pandanganku terbuka lebih lebar dari sebelumnya. Ada semangat yang membara lebih dari sebelumnya. Iya, ada dirimu yang mengarahkanku.

Satu jam itu membuatku bercerita tentang mimpiku dan kau menjadi pendengar yang sangat baik. Kau juga tampaknya menikmati ceritaku.

Dan untuk pertama kalinya, aku berani bercerita tentang mimpiku pada seseorang yang belum lama kenal. Apakah itu kau? Bahkan aku belum bercerita tentang aku dimasa lalu. Perlukah? Semoga tidak.

The Carnival



Suatu hari terselenggaralah sebuah turnamen, sebutlah The Carnival. Para pesertanya adalah perwakilan terbaik dari masing-masing rumpun besar. Rumpun tersebut terdiri dari Cowboys, Orpington, Silase, Simmental, dan Stalion, serta yang satu lagi yang tertua dan masih berdaya adalah Limousin.

Yang aku tahu tentang  Cowboys, adalah sebuah nama lain. Ada nama-nama sebelumnya juga, yaitu Pegassus. Ada lain lagi adalah Prezwalski. Dari banyak itu, menunjukkan tidak konsistennya kami. Seolah tak pernah sepaham apalagi akur.
Kami berasal dari latar belakang warna yang berbeda, dan sebagian tergabung pada masing-masing warna yang berbeda pula. Kemudian pada pertengahan abad terciptalah komponen warna dominan. Apabila ada yang berjalan secara independen, maka ia adalah pribadi yang tidak tergabung didalam warna besar tersebut.

Sampailah pada saat tertentu, masing-masing dari anggota kami harus berjalan menuju sumber ilhamnya. Kami berjalan diatas keyakinan diri untuk berjuang bagi diri sendiri. Dan dampak lainnya adalah menjadi kebanggan bagi bersama. Beberapa yang menjadi soliter, sangat menjadi kebanggan dengan caranya. Ada mereka yang memanfaatkan otak dengan baik, tenaga, kekuatan fisik, bahkan juga ada yang berani bermain mulut. Semuanya pasti lengkap.

Diujung tahun ini, hampir habis peradaban kami, terutama bagi yang belum bisa menuntaskan kewajibannya. Kami, satu sama lain menyemangati, saling membantu, memberikan masukan, agar tak ada yang salah arah lagi. Tentunya segala yang kami upayakan bertujuan juga untuk membanggakan satu sama lain.
Dan pada akhirnya memang, aku jatuh hati pada klan satu ini. Meski aku terlambat jatuh hati diawal lalu, aku tak menyesal. Tuhan telah memberikan kesempatan hampir 2 tahun terakhir menjadi lebih dekat bersama mereka. Bahwa ternyata dugaan burukku adalah salah. Ternyata mereka adalah lebih dari berbagai warna yang berpadu kala bersama, menjadikannya gradasi yang sangat indah. Alhamdulillah aku bisa menikmati warna-warni dalam hangat kebersamaan keluarga. Aku bangga.




Satu dari tiga Cowbos yang mampu meluncur ke puncak perebutan jawara. Pada malam itu, diselenggarakan perebutan antara Cawboys dan Orpington. Dan ini adalah pertandingan kedua setelah  turnamen di tahun lalu.  Kami kalah masa jika dibandingkan dengan 4 rumpun lainnya. Beberapa dari kami, termasuk mereka yangterbaik, telah melanglang buana berjuang dikehidupan lainnya. Pendukung rumpun Orpington jauh lebih banyak dan menggelegar. Hanya doa dan teriakan yang tak nyaring yang bisa kami lakukan.


Cowboys A dan Cowboys B


Pertandingan berlangsung 2 x 15. Total adalah 30. Babak pertama, pertahanan sangat kuat dari Orpington, meski Cowboys menyerang rumah mereka. Skor adalah 2-0. Babak kedua, lebih sengit. Saat semua memanas dan bersemangat. Orpington mampu memberikan skor 1. Tak ingin kalah, Cowboys menyerang dan membuahkan hasil menjadi 3-1. Kala peluit ditiup panjang, sorai kemenagan dan kebanggan memecah stadio kala itu. Kami menangis bangga. Sungguh perhelatan yang mengharukan dan sangat meneganggkan.

Kemenangan ini menjadikan kemenangan terakhir dari derby ini. Kemenangan ketiga dari 5 derby yang pernah diikuti. Kemenangan ini menjadi kebanggan bagi kami rumpun tertua. Kemenangan yang membawa kami semakin dekat dan hangat dalam ikatan keluarga. Selamat kepada kalian yang telah bermain sangat apik dan telah membanggakan kami. Kami juga bangga memiliki kalian dengan segala rupa warna warninya. Selamat berjuang. Jumpa lagi dikehidupan yang lebih baik dan sukses selalu. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kami.


Pegasus

save the BEST for the LAST
we are THE LAST and THE BEST
 

Blog Template by BloggerCandy.com