Selasa, 20 Januari 2015

Voluntary Service part 1

Kami bekerja sama dengan KNU, Korea untuk melakukan voluntary service dalam program Global Leadership selama 10 hari di Tepus, Gunung Kidul. Selama itu misi kami adalah pembangunan kandang kawin di dua kelompok ternak. Disana, kami dari UGM dan KNU di bagi kedalam 2 group. Aku kebetulan dapat di group 1 yang nota bene kondisi lokasinya jauh lebih baik dibandingkan group 2. Dilokasi yang kami gunakan, tak ada sinyal, di mess pun susah.



Selama 10 hari kami bekerja sama saling membantu untuk membangun kandang. Tetapi diluar itu, kami saling membantu untuk mahasiwa korea dan indonesia saling beradaptasi. Di sela kegiatan itu, kami sering menghabiskan istirahat dengan tea time khas orang gunung kidul. Dan mereka menyukai itu. Mereka juga terheran melihat sapi berkubang terlalu dalam. Bagiku, itu adalah hal biasa, tapi bagi mereka merupakan hal baru. Sore hari kami banyak menghabiskan dipantai bersama-sama dengan mereka. Meski hanya sekedar menantang angin, tersapu ombak, dan berguling di pasir pantai, hal tersebut sudah membuat kami bahagia. Kadang kami mengadakan pesta, baik di dormnya maupun dimess kami. mereka benar-benar menyukainya, berjoget sesuai dengan dentuman musik yang ada.
Tak banyak yang bisa kami ceritakan, karena terbatas oleh bahasa. Mereka kurang mengerti bahasa inggris, sedangkan kami paling bisa bahasa inggir dibandingkan bahasa korea. Sedangkan jumlah mahasiswa korea hanya 4. Tapi mau tak mau kondisi itu membuat kami, mahasiswa UGM belajar banyak tentang bahasa inggris. Alhamdulillah. Meskipun hanya terbatas, dan pada akhirnya menyerah lalu bahasa tubuh atau dibantu dengan smartphone, kami tetap bisa tertawa terbahak, lalu berlanjut menceritakan hal konyol.
Suatu malam, saat kami berkunjung mess mereka di tepi pantai. Sebuah pesta kecil-kecilan diadakan. Kami membakar beberapa tumpukan kayu ubtuk dibuat api unggun. Beberapa bercengkrama dengan santai. Begitu juga aku dengan Jin. Kami duduk melingkar ditepi pantai. Lalu tiba-tiba sang ombak menerjang keras, hingga membuat aku terbagung. Beberpa laki-laki basah karenanya, termasuk Gatot. Alhasil, ia menitipkan handphonenya ke Yosan. Kami tertawa kaget dan konyol, seolah bersyukur tak mengenai kami. Lalu kami kembali duduk melingkar dan aku pergi menjauh dari tepian. Tak lama, ombak kedua yang lebi besar menerjang kami beserta api yang kami buat. Larinya hingga pojok dari rumah panggung yang ada diatas. Dan keributan kembali datang. Entah bagaimana, aku langsung menjauh.

Di atas bungalau, ramai sekali. Ternyata handphone gatot yang ia titipkan pada Yosan, terbawa ombak bingg ujung bunglau. Dan Gatot tampak hopeless. Yosan hanya cengoh tak ingin disalahlkan. ia mengelak. gatot lemas. hahahaha. Aku melihat lekat raut gatot, bukan sedih, tapi justru menggemaskan, hingga aku tertawa terbahak-bahak tak henti. Menyerapahinya bahwa ini adalah bagian dari karma gatot yang sering mengejek Pundhut. Aku tak henti menasihatinya meskipun selebihnya hanya menggoda mengoloknya terus. Ada rasa sedih, tapi bagaimana ya, itu lucu pake banget lalu sekali :'D tapi alhamdulillah, setelah seminggu aku bawa, dan kemarin ia iseng dan dihidupkan, hpnya nyala dan baik baik saja :)

.....bersambung :)

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com