Kamis, 29 Januari 2015

Getir

Sejuknya pagi ini menyegarkan relung otakku dengan oksigen ciptaanNya.
Langit memaparkan birunya.
Awan begitu berarak tak berarah.
Gunung pun kokoh berdiri di utara.
Pagi ini pula, bibir dari ia yang lama tak jumpa, menunjukkan senyumnya.
Senyum yang begitu didamba.
Senyum berbalas senyum.
Begitu terang rautnya.
Tak kugubris raut kacauku.
Ada rasa bahagia terselip dihati ini.
Melebihi rasa syukur pagi ini.
Tak lama, aku jumpa dengan seorang.
Dia adalah bagian dari senyum pagi ini.
Dia juga telah kehilangan separuh sayapnya yang telah menemani bertahun tahun lalu.
Terlontar kalimat yang membuatku pilu.
Aku mengingtanya saat dulu ada kebersamaan diantara kita.
Aku kembali mengingat dua buah jagoan mereka.
Ia merana, pilu, sesakkan hari.
Beban itu tampak pada rautnya yang lelah.
Dalam perjalanan aku menangis getir.
Menduga tak berarah pada banyak ucapan tak bertuan.
Pagi ini, aku begitu menyanyangkan kejadian yang banyak terlewatkan degan tidak maksimal.
Masih.

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com