Jumat, 15 Mei 2015

Maka, Terjawablah

Aku masih menikmati tawa kita dengan lantang. Tak peduli saat aku mengumpat, kau hanya tertawa terbahak. Malam yang cerah untuk memulangkan rindu ini padamu.
Tentang titipan salamku pada sesorang adalah bercanda, justru kau berteriak kala dia tiba. Teriakan yang kau tujukan pada orang yang menjadi subjek kita malam ini. Teriakanmu membuatku mengumpat lebih serius.
Derap kakinya menghampiri kami.
Masih seperti dulu. Jantungku terpogoh-pogoh, kakiku mendadak tak berlutut. Aku menyapa sejadinya, karena lidah dan otak ini menjadi kaku karenanya. Dari bibirku hanya keluar kata tak jelas. Dia menjawab sekenanya dengan muka absurdnya. Mukaku masam. Aku tak sampai hati.
Dia berlalu meninggalkan kami. Lalu kau terperangah melihat kepanikkanku. Mukamu menunjukkan rasa bersalah yang dalam. Sedangkan aku masih kikuk. Ada perasaan yang tak tentu kala dia menghampiriku. Dan aku tak bisa menutupi itu. Panikku membuatku mengancammu, dan kau mengiyakan dengan lemas.
Ketakutanku terjawab sudah setelah sekian lama kau penasaran. Bahwa tanpanya aku baik baik saja. Namun, berjumpa dengannya adalah momok bagiku. Maka dengan ini aku tak perlu menjelaskan alasannya lagi bukan. Terima kasih tetap dibelakang terpaku menjaga pandanganmu untukku. Semoga kalian baik baik saja.

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com