Minggu, 08 Februari 2015

Iri, Boleh?

Halo blog. Sedikit bercerita tentang aku dan bebebku yang paling iyuh. Hahaha. Anita kurniawati namanya. Dia setahun lebih tua dari aku. Dia juga sudah menyelesaikan profesinya. Lalu sibuk dengan mbak nana dan hobinya merajut. Aku bisa merajut pun karena didikannya. Keren kan. Hahaha.
Diawal tahun kemarin dia kembali didekatkan denganku setelah kami terpisah karena kesibukan masing masing. Ia juga tahu betul tentang goyahan hatiku. Baik dengan mantanku, mas lampung, hisa, cecep, atau siapapun dia hampir banyak kucurhati. Begitu pula dia banyak bercerita. Diawal tahun itu, kami diantara kegetiran. Dua orang jomblowati koplak yang sering menghibur diri sendiri tatkala tiada pasangan untuk menghabiskan waktu. Sering kami saling mengejek hanya untuk melepaskan gelak tawa. Tapi lebih sering kami merana akan ketidak jelasan hidup tanpa seorang pria yang didamba.
Dia yang kerap mengajariku untuk stay high sebagai seorang cewek. Dia juga yang kerap memarahiku atau mengacuhkanku kala aku galau berlebih. Dia juga yang mengajarku untuk mandiri tanpa perlu seorang yang didamba mendampingi kemanapun. Dia juga yang mengenalkanku dengan teman temannya seolah dia membuktikan bahwa jangan bergantung hanya pada satu orang.
Namun, entah sejak kapan, nasib dia lebih baik. Dia merajut cinta bersama Darma. Tampaknya dia begitu senang. Karena pada akhirnya ada yang ia labuhkan setelah lelah dilanda ketidakjelasan. Dibalik kisahnya dengan Darma, dia banyak menghabiskan waktu berdua. Entah hal besar atau kecil ada atau tidak ada kegiatan, mereka hampir banyak bersama. Jelas tak seperti nita yang dulu mengagungkan kesendiriannya. Semuanya tampak berbeda.
Hingga suatu hari, aku sempat berbicara dengannya perihal ini. Dia pun menyadari itu. Tapi disatu sisi dia pun membuat pagar yang cukup kuat jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Hanya saja aku iri. Iri saat melihat Darma mengikuti nita kemanapun bahkan saat kami dan teman teman lainnya bertemu. Atau saat darmo berjualan mba nana bersama. Atau saat dia menemani ke toko Jolie untuk membeli benang dan menggulungnya untuk nita. Atau saat rumah seperti kapal pecah dia yang membersihkannya. Atau saat kami bersama, darmo pun bisa membaur dengan kami.
Ah betapa irinya hatiku.
Hingga pertanyaanku menyeruat, akankah ada Pria Surgaku bersikap seperti itu? Pasti Sudah disiapkan Allah. Aku percayakan saja.
Beruntungnya aku. Darmo tidak mengambil nita sepenuhnya. Dia masih menyisakan nita untukku, dan kawan kawannya.

With love, xoxo

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com