Selasa, 21 Oktober 2014

Panas terik

Mungkin ini yang dimaksud seorang sahabat untukku menjaga jarak padanya.

Siang ini panas terik begitu menyergap. Dan siang ini, kusapa pula kau dari berlakang. Kita berpisah sesat lalu berjumpa dikemudian. Sapamu masih riuh. Masih bisa kubalas dengan tenang meski sedikit jengkel. Namun, dalam hati, jengkel ini bukan jengkel permanen.

Sampai tiba kutemui kau dilain tempat, kau masih bisa menyapa dengan hangat. Kusunggingkan raut berlagak jual mahal. Dalam hati ini sungguh hanya bercanda. Meskipun aku rela mengiyakan kala itu, tapi kau berubah pikiran dengan cepat. Secepat kulitku menyerap matahari.

Lagi. Panas mentari selalu membuatku bertanya tentangmu. Hei kamu dengan penuh kejutan. Lagi lagi tanda tanya besar menyeruak tatkala kurasa tenang akhir ini. Lelahkah kau?

Sepajang jalan tak henti otakku berputar dengan kau didalamnya. Mengertikah kau, aku mengupayakanmu demi kebaikanmu. Atau aku yang bodoh bersikap baik padamu. Atau tak ada jarak yang memisahkan kita. Bahkan waktu pun tak berani melakukannya. Aku juga lelah berjuang kepadamu. Semoga aku bisa membuat jarak, agar kau tahu bagaimana rasa merindu.

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com