Minggu, 16 November 2014

Tentang Hujan

Hujan.
8 April beberapa tahun lalu adalah hujan pertama bagi kita, antara aku dan Pria Pertama. Hujan memaksa kita untuk meneduh diantara kokohnya bangunan baru yang melindungi kita dari air hujan. Kala itu kau berusaha bercengkrama denganku.
"Coba tengok pipiku, sepertinya ada sesuatu," sambarmu.
"Mana, tak ada kok,"
"Ini, lihatlah", ia menjawab seraya menengok pada kaca spion motornya. Dan aku tak melihat setitik kotoran pun di pipinya.
Hari silih berganti, hingga aku tahu maksud hatinya berkata seperti itu untukku menyambangi pipinya dengan tangan lembutku. ah.
Sudah beberapa tahun lalu, dan kini kau tiada. Ada rindu yang terselip diantaraku.
Rindu juga sesaki pelupuk mataku, tatkala beberapa foto saat kau sakit masih ada didalam leptopku.
Ya, semoga hujan akan membawa sisa sisa kerinduanku padamu. Dan biarkan rindu ini bergati tuan agar tiada sesaki dada.

Hampir seminggu ini juga, hujan memaksaku bertahan lebih lama denganmu, Pria Kedua.
Meski aku selalu datang dengan sahabatmu,
Meski kau tiada menghiraukanku,
Meski hanya tepukan diatara kedua telapak tangan kita yang berbicara,
Aku tak apa.
Ada bahagia melihatmu disana meski entahlah.
Tak apa, rindu ini sudah berbalas melihat sosokmu.
Hujan, semoga jika tiba saat itu, kau bisa membuatku bertahan lebih lama dengannya, dengan hangat kata diantara kita. Dan jangan biarkan dingin menyerbak diantara kita, kumohon.

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com