Hai Nona, terima kasih sudah menyapa dengan anggun. Menyempatkan bercerita tentangmu dan dia. Tentang dia yang sedang kurajutkan asa dalam harinya. Aku mengerti bukan hal mudah menjaga tanpa ikatan. Tetapi aku rasa ada batin yang kuat mengikat diantara kalian.
Aku iri dengan kalian yang sudah lama saling mengenal terlebih keluarga sudah mengenal juga. Dan hubungan baik tetap berjalan.
Aku juga tau kamu pasti berharap menuju kearah yang pasti kelak bersamanya. Wajar jika harapan tersebut muncul, aku pun akan begitu.
Maaf jika ceritamu ceritaku sesakan dadamu. Bodohnya aku menceritakan banyak hal terlebih aku bukan siapa-siapa baginya. Sekali lagi, aku minta maaf dan tidak ada maksud hati ingin menyakitimu atau menjauhkanmu.
Jika kamu bertanya padaku Nona tentang rasa sukaku padanya, aku bingung dan tak bisa menjawab arahnya akan kemana. Ini kejujuran yang belum aku ceritakan padamu: rasaku padanya sepertinya hanya rasa cenderung. Cenderung berharap, cenderung nyaman, cenderung tenang. Dan sepertinya cenderung itu sudah cukup untuk saat ini.
Tapi dibalik semua itu, ada pembatas. Dia membatasiku dengan adanya dirimu, Nona. Sedang aku membatasi diriku kepadanya dengan sesuatu hal.
Aku tak tahu Nona, ini akan mengarah kemana. Yang jelas jangkar didalam hatiku ini masih tertambat untuk menjaga diri agar aku tak hanyut dalam buaiannya. Dan aku mengupayakan semampuku agar dia lebih baik kedepannya. Dan aku juga harus memantaskan diri atas banyak hal Nona.
"Jika dia memang baik untukmu, percayalah engkau tak akan pernah dipisahkan"
Sekali lagi, terima kasih Nona. Dan maafkan aku lancang.
0 comments:
Posting Komentar