Sebuah rasa yang tak bertuan.
Ia ingin sekali pulang.
Ia ingin juga diakui sang tuan.
Berharap berlabuh.
Karena terasa lelah mengetuk pintu tuan.
Mengiba pada angin.
Yang hanya mengarahkan pada rindu.
Jika lusa tak jua bertuan.
Ia sirna.
Terhempas jalanan.
Dengan jejak langkah gontai.
Diatas tanah bertuliskan:
Tuan, tidakkah kau sudi membuka segala indramu agar aku bisa membaur?
Hening.
Nanar.
Lalu pupus tersapu masa.
Minggu, 15 Februari 2015
Rasa
Labels:
30harimenulissuratcinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar