Hari
ini cerah sekali. Matahari muncul begitu kuatnya, seolah membuktikan bahwa ia
masih mampu menyinari kami di muka bumi ini, setelah kemarin seharian hujan.
Pagi
ini, sang ibu berbaik hati sekali. Ia tengah menyelesaikan masakannya, sebuah
sambal ikan. Namun sang anak justru berharap ikan dimasak sambal balado. Sang
anak menyeletuk sembari berjalan, “kok sambel biasa? Aku kira sambel balado”.
Beberapa
menit kemudian saat ia membuka tudung saji, sudah terhidang sambel balado
kesukaannya. Dan haru menyergap dadanya. Tak ia sangka, sang ibu rela
membuatkan ulang sambel balado demi anak perempuan yang begitu ia sayangi. Meskipun
harus mengulang. Mungkin sang ibu juga rindu saat anaknya tak pernah lama
dirumah karena kesibukkannya diluar. Dalam hati kecil sang anak, ia juga
merindu masakan ibunya.
Saat
suatu momen didapur, saat sang anak membuat masakan, sang ibu berkata.
“Semuanya tergantung kamu, ibu dan bapak selalu mendoakan yang terbaik bagimu. Hidup itu pilihan, pilihlah yang sesuai dengan inginmu. Kami tak punya apa-apa. Hanya saja kami mengupayakanmu agar kamu bisa tetap melanjutkan sekolah mastermu. Segala upaya kami lakukan demi kamu dan adikmu tetap sekolah. Kami tak punya mobil dan rumah yang bagus, tapi dengan ilmu kalian kelak bisa menjadi lebih dari yang ada saat ini.”
Kalimat
panjang yang membuyarkan konsentrasi memasak sang anak. Dan sekuat tenaga ia
menahan air mata agar tak jatuh.
“Iya Bu, doanya ya”. Jawab sang anak lirih.
Lain
kisah, masih dibawah matahari yang sama. Sang ibu mendapat panggilan dari sang
bapak yang terluka saat memanen bulir padi di sawah. Anak dan ibu ini
terburu-buru menghampiri sang bapak. Mereka berdua terhentak dalam hati, darah
mengucur deras dari telapak kaki kiri sang bapak. Dan sang ibu terburu
mengobatinya. Bapak ini menyeringai kesakitan, sang ibu berkomentar tiada henti, mencereweti kejadian yang terjadi akibat laku sang bapak, dan anaknya justru cekikikan
lucu meskipun dalam hati miris.
Setelah
perban ditempelkan, bapak ini kembali bergegas memanen bulir padi. Ia tak
tampak kesakitan. Sang ibu masih mengomentari, terselih khawatir dalam kata-katanya. Ia berjalan dengan lantang kesana kemari. Dan sang ibu
membantunya sesekali. Mereka lantas menghentakan batang padi ke papan agar bulirnya berjautuhan. Diantara mereka bertiga didera tawa yang menggelitik.
Sang
anak tertegun melihat perjuangan ayahnya yang begitu kuat, hanya demi
keluarganya. Ternyata sang bapak yang ia kira kaku, begitu lemah lembut
berjuang peluh demi peluh, hingga darah mengalir, hanya untuk keluarganya. Dan sang anak begitu bersyukur menjadi anak dari kedua orang tua yang begitu kuat memperjuangkannya.
Dan
yang paling mengesankan, adalah saat anak mengabadikan momen kemesraan antara
sang bapak dan ibu, mereka bermesraan dengan caranya.
Sang Ibu dan Sang Bapak |
Dan
semesta menjadi saksi yang turut menyetujui.
Semoga keluarga ini senantiasa dalam lindungan dan kebahagiaan Allah SWT . aamiin
0 comments:
Posting Komentar