Jumat sore sedikit senggang hanya untuk bermain. Aku hanya menyandarkan badan sambil menikmati alunan musik dan debur ombak. Lalu ia menyeletuk "Ayok kepantai!" Dan aku langsung berteriak "Ikut!"
Pergilah kami ke barat. Menyusuri sepanjang jalan yang sepi. Langit hanya sedikit menyinari kami. Kami duduk diatas motor yang ia kemudikan. Sepanjang jalan tiada henti kami berbicara. Tak seperti dugaan awalku, ternyata dia begitu renyah dan ramah serta sedikit 'koplak'. Dan aku terus juga menanggapinya.
Kuarahkannya pada tebing yang cukup indan. Dan tibalah kami disana. Aku tercengang karena sungguh berbeda adanya seperti terakhir aku mengunjunginya. Jauh lebih hijau lebih bagus. Hanya saja, sang mentari tak penuh menyinari kami.
Ia tertakjup melihat sekitar yang begitu indah. Mendengar debur ombak yang sangat keras dari bawah tebing hingga airnya mampu menyiprati kami. Hanya ada angin yang begitu kencang berhembus. Hijauan rumput terpampang. Dan kami juga bisa melihat pantai pantai sekitar dari ketinggian. Matahari yang ditunggu tak kunjung pulang. Lalu kami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Sempat ia memintaku mengabadikan gambarnya.
Dalam perjalanan pulang, kami kembali mampir memandang pantai yang panjang. Ah sungguh indah.
Hanya ada kami. Aku dan kamu. Atau aku dan kamu yang lainnya. Dan perjalanan ini membuat aku bersyukur atas ciptaanMu yang sungguh luar biasa. Serta kamu (kamu) yang menemani perjalanan dalam jalan yang sama. Dengan cerita berbeda. Sepertinya ini saatnya membiarkan banyak hal menemani meski dalam satu jalan yang sama. Terima kasih Allah.
Sepanjang Jalan Kenangan
Tentang Ombak
Tentang kesabaran kita bisa belajar dari ombak pantai yang mengikis tepian karang. Tumpukan karang yang tertimbun dan melapuk ribuan tahun lalu. Ia menerjang setiap detik tak berhenti. Meskipun kadang hempasannya ringan atau kecang, ia tak pernah berhenti. Saat detik bertambah hingga menjadi tahun, ia mampu mereduksi sebagian karang, menjadi lebih rata.
Tentang ombak yang menerjang karang yang keras, terselip pelajaran bahwa perubahan atas banyak hal membutuhkan waktu. Ia juga mengajari kita untuk tak pernah berhenti atas apa yang menjadi tujuan baik bagi semesta. Ia juga tak pernah lelah menerjang meski tak selalu terkikis.
Sesungguhnya Allah menciptakan alam semesta untuk kita belajar tentang hidup dan kehidupan.
Selamat malam kamu yang sedang bersabar dalam perjuangan memantaskan diri. Lekas jumpa.
Pesan Tersirat
Kami berdua hampir diposisi yang sama. Tatkala dekat dengan seorang pria, namun tampaknya tak bisa diandalkan. Meskipun diantara itu, ada sesuatu yang tumbuh. Tapi sayang, tumbuhan itu tak bisa dipelihara lebih lama. Karena ada beberapa hal yang memang akan menjadi tidak baik jika diteruskan.
Lalu, kami merasakan pula, sebuah ketakutan yang sama. Ketakutan untuk melihat 'dia' bahagia bersama lainnya. Pedih tatkala harus berjuang satu sisi.
Dan ketika hari silih berganti, kami tersadar oleh banyak hal. Bahwa kelak kami bukan hanya membangun cinta diantara dua insan. Tetapi cinta diantara dua semesta yang berbeda. Cinta diantara mimpi besar yang harus digapai.
Untuk melewatkan banyak ombak yang menghempas hati, kami harus melapangkan dada melebihi samudra. Bahkan samudra pun tak sekuat kami yang kerap terguncang oleh manusia.
Katakanlah padamu, wahai sahabat, Allah pasti punya salah satu yang teramat sangat baik untuk kita. Hanya saja, ini saat kita memang harus memantaskan diri lebih dan lebih. Sampai jumpa ya dipelaminan baik siapapun diantara kita yang lebih dahulu, aku atau kamu, aku ikhlas.
Peluk jauh, Mbul :* ({})
Mimpi
Mimpi ini langsung mengarah pada kami yang sedang pergi dengan kendaraan yang biasa kami naiki. Disuatu jalan, yang nampaknya tak asing. Lalu momen berganti, tiba-tiba kami sampai disuatu pantai. Pantai yang aneh. Pantai dengan debur ombak keras, pasir putih ditepian, lalu setumpuk gundukan putih yang dingin, dan itu adalah salju. Diatasnya ditumbuhi bunga yang sedang bermekar cantik, berwarna pink dan lainnya. Dan seperti biasa, matahari meyoroti kami. Aku langsung mengampiri bunga tersebut. Seakan memetik, lalu mengabadikannya. Dan entah kemana. Tapi aku ingat, aku menatapnya lekat. Melihat wajahnya yang tampak berseri. Aku sempat memanggilnya kembali dengan panggilan sayang yang dulu kerap kulakukan. Sedikit bercengkrama, namun aku lupa tentang apa. Dalam mimpi itu, aku juga tahu, bahwa kita sudah tidak bersama.
Sesungguhnya, pantai itu sangat indah. Tapi hanya ilusiku semata yang mengetahuinya. Mungkin memang ada yang merindu hangatnya kebersamaan yang hampir setahun ini pergi bersama asa masing-masing. Semoga ilusi ini menjadi pengobat rindu yang tak diakui, dan berharap banyak hal yang akan lebih baik.
Have your best life, Puk :)
Ternyata
Lama ga ketemu. Lama ga menyapa ringan atau bertanya tentang progres studimu. Lalu kali ini mendengar, tepatnya mengambil benang merah, tampaknya ada yang keteteran dengan studinya. Kamu berbohong sore itu tentang papermu. Aku, merasa miris. Karena aku juga mengambil andil memaksa menyarankannya untuk mengambil sks penuh. Sebeneranya aku mau membantu, tapi mengapa kamu terdiam. Jika aku sudah banyak membantumu, mengapa kamu siakan itu. Cukup menyayangkan jika pada akhirnya tidak semaksimal harapan yang kita buat dulu. Tapi kamu jauh lebih beruntung. Ini hanya tentang studimu. Bukan tentang perasaanmu.
Aku masih disini. Mungkin akan menyerewetimu lagi sampai kurasa cukup. Aku menyayangkan studimu. Dan mungkin sedikit padamu. Aku tak minta imbalan apa apa. Hanya saja, jangan menyianyiakan lagi ya. Kamu pasti bisa. Bersyukurlah ada banyak yang membantumu, termasuk nonamu. Membantu dalam doa. Ah maaf ya. Katakanlah aku hanya mbakmu yang tak ingin adiknya terpuruk. Ah. Aku hanya pemeran pembantu yang tak tampak sedikitpun, hanya agar pemeran utama tampak sempurna.
Selebar Daun Kelor
See you soon :)