Bumi
memang luas, tetapi hidup hanya selebar daun kelor. Percaya? Aku percaya. Kurasa
ini hanya sekelumit kisah tentang sempitnya hidup.
Berawal
dari ibu, yang dulu ikut orang jauh bahkan tak ada hubungan saudara. Ibu dulu
ikut mbah hop dan anaknya yang paling deket, bude eni. Lalu bersama temannya, bude
nanik, mereka berjuang di univ di Lampung. Menjadi gadis kuat dan tangguh. Hingga
mereka terpisahkan oleh waktu. Ya demi berjuang bagi keluarga mereka
masing-masing.
Bertahun
tahun tak jumpa, karena kami harus pindah ke Jogja. Dan beberapa hari lalu kami
bertemu. Legkap dengan anak-anak. Jadi, ibu ketemu bude nanik yang lagi maen ke
jogja jenguk mba ikha yang udah nikah disini. mba ika itu nikah sama mas lucky
yang dulu notabene jadi tetangga bule win, adek ibu, di blora, karang. Nah loh.
Sempit kan. Kebetulan lagi, almarhum bapak mas lucky asli kulon progo, jadilah
kita jumpa di sana. Dan bersama sodara dari bude nanik, alhasil rerumpilah neni
neni disana.
Yang
bikin aku berkesan adalah mba ika dulu sama mas lucky ga pacaran, karena mba
ika pengen langsung cari suami bukan pacar. Ulalala. Pengen lah punya kisah
seperti itu. Semoga Allah jabah yaa
Dan bersyukurnya lagi
adalah kita bukan saudara sedarah, tapi kita sangat lekat tiada tara. Seolah justru
ada pengikat diantara kami. Iya tali kekeluargaan yang tak terlihat namun
terasa erat. Alhamdulillah lagi, dita, adek mba ika bisa diajak rerempongan
hehe See you soon :)
0 comments:
Posting Komentar