Pagi di Parompong, kami melangkahkan kaki menuju
daratan yang lebih tinggi. Aku asyik dengan kameraku mengabadikan
hamparan rumput. Dan mereka memetik sebuah bunga yang kemudian ditiupkan
keantah berantah.
Ia
hanya berupa batang dengan bunga kepala yang sudah gugur. Kelopak
menjadi putih dan justru merekah. Membuatnya tampak lebih besar dari
sebelumnya. Tampak rapuh. Kala sentuhan menggoyangnya, kelopak terbang
menjauhi pusatnya. Ia bertebaran bebas diudara.
Aku tak menyadari bahwa bunga layu itu adalah dandelion.
Dandelion cantik, dandelion rapuh.
Kala angin menghempasnya, kelopaknya pergi satu per satu. Ia pergi disaat yang tepat. Kepergiannya tak hanya meninggalkan batang seorang diri, tapi ia menebar benihnya dilain tempat. Bahkan, dalam prosesnya terombang-ambing diudara, ia masih tetap tampak cantik dan elegan dengan caranya. Dari satu batang dandelion, ia akan menumbuhkan puluhan dandelion lain. Memberi keindahan lain bagi alam.
Selamat berpetualang terhempas udara, semoga lekas dimantapkan pada lahan yang terbaik agar kau mampu membahagiakan semesta.
Aku tak menyadari bahwa bunga layu itu adalah dandelion.
Dandelion cantik, dandelion rapuh.
Kala angin menghempasnya, kelopaknya pergi satu per satu. Ia pergi disaat yang tepat. Kepergiannya tak hanya meninggalkan batang seorang diri, tapi ia menebar benihnya dilain tempat. Bahkan, dalam prosesnya terombang-ambing diudara, ia masih tetap tampak cantik dan elegan dengan caranya. Dari satu batang dandelion, ia akan menumbuhkan puluhan dandelion lain. Memberi keindahan lain bagi alam.
Selamat berpetualang terhempas udara, semoga lekas dimantapkan pada lahan yang terbaik agar kau mampu membahagiakan semesta.
dandelion |
0 comments:
Posting Komentar