Kok aku kangen sama bebeb tengil yang palsu satu ini. Anita Kurniawati. Hiks.
Doi tau bener aku.
Galau galauku.
Apa kabar bebs?
Kangen hahahihi ngobrol ngejek ga jelas.
Kangen juga ngerajut sama bebeb ini.
Kangen beli cilok alun alun kidul.
Kangen macak mendes nan cantik.
Kangen.
Cuma pengen ketemu ya.
Iya sih kita lagi sibuk.
Sama sama nyiapin buat wisuda di Februari besok.
Hwaiting beb. Misscah :*
Bebeb
A Call
"Hei Wi, ini aku (sebuah nama)"
"Halo, maaf, siapa ya?"
"(menyebut nama)"
"ohh, iya, ada apa ya"
"kira kira ada waktukah, aku ingin mengobrol"
Saat ia berkata itu, aku sudah mulai menebak arah pembicaraannya.
"Wah maaf ya, akhir akhir ini aku harus menyelesaikan urusan untuk yudisiumku"
"Oh, sudah sidang ya wi? Selamaat yaa"
"Iya sama sama makasih. Jadi aku belum bisa menetukan kapan bisa ketemu. Karena aku juga harus membantu voluntary service. Tapi jika keburu banget, whatsapp aja bisa kok"
"Oh, endak kok. Bisa diatur. Kalo gitu terima kasih ya. Maaf mengganggu."
Panggilan tersebut berasal dari sesorang yang kukenal. Tapi aku tidak banyak mengetahuinya. Dulu ia bagaikan penolong bagi sahabatku. Namun, semuanya sudah berbeda. Aku, bahkan saat ia bersamanya, tak banyak aku bisa mengenalnya. Dia kerap tersenyum malu, tanpa banyak bercerita kala itu. Mungkin sedang tenang.
Obrolan singkat itu semacam sudah ku tebak arahnya kemana. Aku hanya bingung jika nanti ia menghubungiku kembali. Kurasa ada yang ingin dia tanyakan tentang seseorang. Dan apa yang dia ingin ketehui, pastilah bukan suatu hal yang diperbolehkan oleh sahabatku. Ia, dia benar menghubungiku karena aku hampir tahu banyak tentangnya. Tapi kurasa, aku tak akan bisa banyak membantunya.
Aku mengerti perasaanmu tatkala kamu masih merasakan rasa padanya, tetapi kurasa dia sudah menjadi beku akan sikapmu. Beku akan keadaan yang sama. Dan jenuh akan proses yang tak berkembang.
Hanya saja, mengapa ia menghubungiku. Ah. Lucu ya kadang. Tapi ingatlah, mereka yang datang padamu, adalah mereka yang membutuhkanmu. maka, jadilah pemeran pembantu sebaik mungkin. Ingat, bahwa tiada kebaikan yang tak pernah pulang pada rumah yang salah.
Hai kamu, berjaraklah. Berilah dia jarak, untuk tidak menyesakinya. atau aku. Bukankkah jika kalian berjodoh, akan tetap dipertemukan bukan? Ah tapi tak apa, terusalah berjuang hingga hati yang beku meleleh.
Selamat menikmati ya.
The Last Big Project
Finally~
Setelah perjuangan panjang dari awal tahun 2014 hingga akhir dipenutup tahun 2014, akhirnya bisa satu langkah maju kedepan.
Sebenarnya skripsiku bisa selesai lebih awal. Namun karena ada satu dan lain hal yang mengharuskan aku membagi fokusku, mau tak mau ia menjadi terbengkalai.
Tentang skripsi ini pula, mengajarkanku banyak hal terkait mengalahkan ego diri. Saat seorang teman berkata, skripsi adalah tugas akhir, bagiku memang benar. Tugas akhir dimana segala sesuatunya hanya difokuskan pada skripsi, bukan hal hal lainnya :)
Hari itu 1 dosen pembimbingku sebagai ketua penguji dan 2 dosen penguji lainnya. Dua diantaranya adalah dosen yang sering terhubung dalam satu payung ilmu. Dan satu dosen lainnya adalah dosen tak terduga dalam benakku. Saat sidang berlangsung tepat waktu. Disana aku merasa tidak maksimal memaparkan karena bingung meski sebenarnya aku paham tentang itu. Tetapi, Allah memberikan pertolongan bagiku. Kedua pengujiku tidak banyak menjatuhkanku. Mereka justru tertarik dengan konsep penelitian menggunakan objek yang baru. Namun, pada skripsiku masih banyak harus diperbaiki. Aku bersyukur sekali dinyatakan lulus tanpa harus mengulang.
Saat sidang selesai, banyak mereka para teman baikku datang memberi support. Sungguh begitu menyenangkan dan penuh syukur mereka Engkau hadirkan dalam hidupku. Aku terharu sekali. Malam sebelum aku sidang, zulfa mengirimi pesan kalau dia kumat. Sayang dia tak bisa datang. Get well soon ya beb :*
Kabar lulus sidangku juga menjadi kado terutama bagi Ibu dan Bapak. Alhamdulillah.
![]() |
Dapet kue dari temen fasttrack - via dan monic Rina, lina, aku, nita, ain Toni, aku, dwi - sarah dan aku |
Sepanjang Jalan Kenangan
Jumat sore sedikit senggang hanya untuk bermain. Aku hanya menyandarkan badan sambil menikmati alunan musik dan debur ombak. Lalu ia menyeletuk "Ayok kepantai!" Dan aku langsung berteriak "Ikut!"
Pergilah kami ke barat. Menyusuri sepanjang jalan yang sepi. Langit hanya sedikit menyinari kami. Kami duduk diatas motor yang ia kemudikan. Sepanjang jalan tiada henti kami berbicara. Tak seperti dugaan awalku, ternyata dia begitu renyah dan ramah serta sedikit 'koplak'. Dan aku terus juga menanggapinya.
Kuarahkannya pada tebing yang cukup indan. Dan tibalah kami disana. Aku tercengang karena sungguh berbeda adanya seperti terakhir aku mengunjunginya. Jauh lebih hijau lebih bagus. Hanya saja, sang mentari tak penuh menyinari kami.
Ia tertakjup melihat sekitar yang begitu indah. Mendengar debur ombak yang sangat keras dari bawah tebing hingga airnya mampu menyiprati kami. Hanya ada angin yang begitu kencang berhembus. Hijauan rumput terpampang. Dan kami juga bisa melihat pantai pantai sekitar dari ketinggian. Matahari yang ditunggu tak kunjung pulang. Lalu kami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Sempat ia memintaku mengabadikan gambarnya.
Dalam perjalanan pulang, kami kembali mampir memandang pantai yang panjang. Ah sungguh indah.
Hanya ada kami. Aku dan kamu. Atau aku dan kamu yang lainnya. Dan perjalanan ini membuat aku bersyukur atas ciptaanMu yang sungguh luar biasa. Serta kamu (kamu) yang menemani perjalanan dalam jalan yang sama. Dengan cerita berbeda. Sepertinya ini saatnya membiarkan banyak hal menemani meski dalam satu jalan yang sama. Terima kasih Allah.
Tentang Ombak
Tentang kesabaran kita bisa belajar dari ombak pantai yang mengikis tepian karang. Tumpukan karang yang tertimbun dan melapuk ribuan tahun lalu. Ia menerjang setiap detik tak berhenti. Meskipun kadang hempasannya ringan atau kecang, ia tak pernah berhenti. Saat detik bertambah hingga menjadi tahun, ia mampu mereduksi sebagian karang, menjadi lebih rata.
Tentang ombak yang menerjang karang yang keras, terselip pelajaran bahwa perubahan atas banyak hal membutuhkan waktu. Ia juga mengajari kita untuk tak pernah berhenti atas apa yang menjadi tujuan baik bagi semesta. Ia juga tak pernah lelah menerjang meski tak selalu terkikis.
Sesungguhnya Allah menciptakan alam semesta untuk kita belajar tentang hidup dan kehidupan.
Selamat malam kamu yang sedang bersabar dalam perjuangan memantaskan diri. Lekas jumpa.
Pesan Tersirat
Kami berdua hampir diposisi yang sama. Tatkala dekat dengan seorang pria, namun tampaknya tak bisa diandalkan. Meskipun diantara itu, ada sesuatu yang tumbuh. Tapi sayang, tumbuhan itu tak bisa dipelihara lebih lama. Karena ada beberapa hal yang memang akan menjadi tidak baik jika diteruskan.
Lalu, kami merasakan pula, sebuah ketakutan yang sama. Ketakutan untuk melihat 'dia' bahagia bersama lainnya. Pedih tatkala harus berjuang satu sisi.
Dan ketika hari silih berganti, kami tersadar oleh banyak hal. Bahwa kelak kami bukan hanya membangun cinta diantara dua insan. Tetapi cinta diantara dua semesta yang berbeda. Cinta diantara mimpi besar yang harus digapai.
Untuk melewatkan banyak ombak yang menghempas hati, kami harus melapangkan dada melebihi samudra. Bahkan samudra pun tak sekuat kami yang kerap terguncang oleh manusia.
Katakanlah padamu, wahai sahabat, Allah pasti punya salah satu yang teramat sangat baik untuk kita. Hanya saja, ini saat kita memang harus memantaskan diri lebih dan lebih. Sampai jumpa ya dipelaminan baik siapapun diantara kita yang lebih dahulu, aku atau kamu, aku ikhlas.
Peluk jauh, Mbul :* ({})
Mimpi
Mimpi ini langsung mengarah pada kami yang sedang pergi dengan kendaraan yang biasa kami naiki. Disuatu jalan, yang nampaknya tak asing. Lalu momen berganti, tiba-tiba kami sampai disuatu pantai. Pantai yang aneh. Pantai dengan debur ombak keras, pasir putih ditepian, lalu setumpuk gundukan putih yang dingin, dan itu adalah salju. Diatasnya ditumbuhi bunga yang sedang bermekar cantik, berwarna pink dan lainnya. Dan seperti biasa, matahari meyoroti kami. Aku langsung mengampiri bunga tersebut. Seakan memetik, lalu mengabadikannya. Dan entah kemana. Tapi aku ingat, aku menatapnya lekat. Melihat wajahnya yang tampak berseri. Aku sempat memanggilnya kembali dengan panggilan sayang yang dulu kerap kulakukan. Sedikit bercengkrama, namun aku lupa tentang apa. Dalam mimpi itu, aku juga tahu, bahwa kita sudah tidak bersama.
Sesungguhnya, pantai itu sangat indah. Tapi hanya ilusiku semata yang mengetahuinya. Mungkin memang ada yang merindu hangatnya kebersamaan yang hampir setahun ini pergi bersama asa masing-masing. Semoga ilusi ini menjadi pengobat rindu yang tak diakui, dan berharap banyak hal yang akan lebih baik.
Have your best life, Puk :)